Senin, 06 Februari 2012

Journey #6: TIDUNG Tralala...Dubidubidam...Dam...Dam

“Terimakasih Jakarta...”
(Minggu-Senin, 22-23 Januari 2012)

Minggu pagi sebagai minggu pertama di Kalideres tepatnya dirumah saudaranya Rista diisi dengan agenda jalan-jalan menuju pasar pagi, hunting bubur ayam! Seru dan menyenangkan, keadaannya nggak jauh beda sama Sunday Morning di UGM tiap hari Minggu (namanya juga Sunday jelas hari Minggu, kalau Monday tuh baru hari Rabu *loh??). Siangnya kami isi dengan jalan-jalan ke Tangerang, kerumah saudaranya Rista yang lain dan mampir ke pasar buat belanja lebih tepatnya si Rista yang shopping! Aku sih enggak soalnya bentol-bentol ditangan semakin merajalela, haduuhh...beneran nyiksa banget tuh bentol-bentol. Yang jadi pertanyaan: hubungan shopping  sama bentol itu apa ya? NGGAK ADA!!! Intinya serba salah gue, kalau digaruk nanti bentolnya nambah tapi kalau nggak digaruk malah gemes sendiri nahan gatel! Wawawwawa...saat itu Cuma bisa berharap Senin cepatlah datang dan cepatlah bawa aku kembali ke Jogja biar bentolnya cepet ilang. Pulang belanja bukannya seneng tapi Rista malah masuk angin! Tidur mulu dia dan aku?? Mainan HP hahahha nggak bisa tidur akhirnya SMS-an aja sama si Isma, Udin, Jarot, dan Pras. Malam harinya suara petasan dan kembang api terdengar dimana-mana, maklum saat itu pas bertepatan dengan hari Imlek dan kebetulan juga rumahnya saudaranya Rista deketan sama kompleksnya orang Cina. Tapi mau nggak mau tetep harus tidur, nggak sabar menunggu hari Senin datang dan pulang...
Nggak terasa udah hari Senin aja, horeeee!!! Hari itu aku sama Rista nggak kemana-mana soalnya Rista masih sakit dan kebetulan aku juga lagi nggak pengen kemana-mana. Di hari terakhir di Jakarta kerjaan gue tidur-nonton tv-makan-tidur-nonton tv-tidur-makan-tidur lagi, hahahahha...parah banget aku! Lha soalnya bingung juga mau ngapain yaudah deh...hiburannya Cuma tidur sama nonton TV. Tiba-tiba udah jam 2 siang, wah siap –siap packing baju! Soalnya kami janjian sama Isma dan Udin di stasiun jam 6 sore. Hmmm...kebetulan waktu itu aku sama Rista dianterin ke stasiun sama saudaranya Rista dengan naik mobil (lumayan ngirit duit hehe). Wajar aja lah, Rista keadaannya udah pucat kayak gitu dan muntah-muntah terus dari kemaren. Nggak lucu kan kalau ntar naik busway si Rista mabok? Apa kata supir busway-nya? (senggol Rista). Jam 6 kurang kami berdua sampai di stasiun senen, celingukan cari Isma sama Udin yang ternyata masih di jalan, okelah kami menunggu tapi nggak lama mereka muncul. Walaupun kereta berangkatnya masih jam setengah 9 malam tapi kami langsung masuk ke peron stasiun, menunggu kereta datang ditempat yang sama ketika kami pertama kali sampai di Jakarta 6 hari yang lalu dan posisinya pun sama yaitu menggembel ria! Nggembel di peron sambil ngobrol bareng membuat waktu menunggu kami menjadi nggak terlalu lama, tiba-tiba aja udah jam setengah 9 dan kereta yang membawa kami menuju lempuyangan Yogyakarta menampakkan dirinya sebagai kereta (ya iyalah kereta, masa’ bajaj? Kaget gue kalau misalnya bajaj yang muncul). Detik terakhir sebelum meninggalkan Jakarta saat kaki mulai melangkah masuk ke kereta Progo yang akan membawa kami pulang adalah terima kasih. Terimakasih untuk Jakarta dan untuk semua kenangan tingkat tinggi selama seminggu disana. Pelan namun pasti kereta mulai melaju, suara peluit mengantarkan kami pergi menjauh dari jakarta sebagai kota sejuta kenangan dan kejutan, termasuk kenangan bentol-bentol di tangan saya. Malam semakin larut seiring dengan larutnya kenangan dalam ingatan kami semua tentang Jakarta, tentang Tidung dan keindahannya! Tak terasa mentari muncul dan stasiun tujuan nampak di depan mata. Papan besar bertuliskan LEMPUYANGAN menyegarkan kembali rasa capek selama di kereta hampir semalaman. JOGJA, AKU KEMBALI.....!!! :D


SPECIAL THANKS TO:
TIDUNG DALAM CERITA
Kelima rekan tergokil (Rista Wahyu Mahanani, Isma Dwi Kurniawan, Mauludin Majid, Prasetyo Anggun Pribadi, Jarot Dwi Handoko), bapak masinis yang senantiasa mengantarkan kami hingga selamat sampai tujuan, bapak sopir busway, bapak sopir angkot baik yang ugal-ugalan maupun yang enggak, bapak pengemudi kapal, bapak-bapak dan ibu-ibu yang ada di Tidung, nyamuk-nyamuk nakal di Jakarta yang mengajarkan kami arti berbagi (gubrrraaakkk), bapak polisi yang menyediakan basecamp gratis buat kami, keluarganya Isma di Condet yang udah direpotkan oleh kami semua, keluarganya Rista di Kalideres yang sangat baik sekali, dan tak lupa juga buat mas-mas penjual ENEGREN yang sukses bikin ketawa ngakak di kereta! Thanks all, thanks for all memories while in Jakarta. Always wait for the next journey!!! \(^^)/

*Sampai di rumah baru benar-benar nyadar kalau KULIT SAYA BELANG!!! Terimakasih untuk bentol di tangan saya (nangis di pojokan) 

Journey #5: TIDUNG Tralala...Dubidubidam...Dam...Dam

“Kalideres adalah persinggahan terakhir selama di Jakarta”
(Sabtu, 21 Januari 2012)

Tidur nyenyak dirumah ibunya Isma benar-benar mengembalikan semangat kami semua, gimana enggak? Tidurnya nyenyak bangeeettt sampai nggak kerasa kalau udah pagi. Hari itu kami udah ada rencana buat muter-muter Jakarta, tujuan kami ke Monas dan kota tua. Hmmm...jadi ceritanya backpacker nyasar ke kota kala itu! Hahahaha...
Setelah sarapan, kami langsung capcus berangkat dan khusus aku, Rista, Pras, dan Jarot sekaligus pamit sama ibunya Isma. Kenapa pamit? Soalnya nantinya kami berempat nggak nginep lagi dirumah ibunya Isma; aku sama Rista nantinya bakalan nginep dirumah saudaranya Rista di daerah Kalideres, si Jarot pulang kampung ke Pandeglang Banten, dan Pras pulang kampung ke Bekasi. Sedangkan si Udin...ya tetep balik lagi ke rumah ibunya Isma, nemenin si Isma yang kala itu masih galau berkelanjutan. Hahhaahha... :D
Perjalanan dimulai dengan naik angkot menuju shelter busway, lalu naik busway, lalu jalan kaki yang lumayan lama menuju Monas, horeeee!!! Berhubung weekend jadi suasana Monas saat itu lumayan rame, tapi nggak menyurutkan semangat kami berenam untuk berpetualang di hari itu! Tetep semangat mas mbak...!!! Sampai di Monas kami memulainya dengan sesi pemotretan seperti biasa, dengan arahan sang master Udin dan fotografer handal Isma juga conceptografernya si Jarot, lighting si Pras, dengan model si Luna Maya alias Rista, sedangkan saya yang bengong liatin tingkah polahnya si Rista! Puas dengan sesi pemotretan kami mulai berjalan menuju Monas dengan bantuan kereta kencana versi Jakarta yang membawa kami kesana tapi bunyinya nggak gojess...gojess... (apadeeehh??) dan sampailah kami disana! Beli tiket seharga 1000 rupiah per-orang dan kami pun masuk ke gedung yang bentuknya kayak tugu Jogja tapi lebih tinggi. Melihat-lihat, berfoto-foto, ngikutin mbak-mbak cantik, ngikutin anak-anak TK yang lagi main disana, dan akhirnya ketemu sejoli yang sedang dimabuk asmara. Yaaa... aku sama Rista ketemu sama seorang bapak dan ibu kebetulan lagi duduk disamping kami, ngajak ngobrol bareng dan beliau menceritakan romantisme mereka berdua hahahaha... berasa kayak sesi curhat pokoknya! Dan ternyata baru ketahuan kalau mereka ini ternyata pacaran dan bukan suami-istri. Wah..wah..ternyata pacaran nggak Cuma milik yang muda aja, yang tua pun nggak mau kalah! Hahahhaha...
Udah adzan dzuhur tuh! Kami pun memutuskan untuk sholat di Istiqlal, ke Istiqlal untuk yang kedua kalinya bareng mereka. Suasana yang dirasakan ketika berkunjung ke masjid itu adalah takjub melihat arsitektur bangunannya yang sangat Subhanallah, jadi nggak pengen pergi dari situ! Tapi mau gimana lagi, kami harus melanjutkan perjalanan ke kota tua! 
Naik busway menuju kota tua yang ternyata ramai sekali di sana, sampai disana baru kerasa kalau perut mulai berkeroncong ria versi campur sari dengan iringan musik jazz (nah looo...bayangin aja bunyinya gimana, kalau gue sih ogah buat ngebayangin). Akhirnya kami putuskan buat makan siang dulu, soto ayam menjadi sasaran makan siang kami dan...nyam-nyam-nyam KENYANG! Rasanya kurang mantap sih tapi yang penting kenyang dan menghentikan suara bising di perut saya. Tapi rasanya ada yang kurang nih, kurang buah! Yak...kami berenam kebetulan sedang ngiler buah segar waktu itu, maklum aja sih udah beberapa hari nggak makan buah rasanya kayak orang lagi ngidam. Muter-muter nyari buah segar dan....nggak nemu! Satu pun nggak ada yang jualan buah segar disitu, kalau jualan rujak sih banyak tapi yang kami butuhkan Cuma 1, yaitu BUAH SEGAR tapi yang didapatkan adalah capek! Duduk di depan gedung kota tua, dan tertariklah kami untuk beli es potong! Hahahaha...makan es potong bareng-bareng mirip anak SD tapi makan es potong tetep aja nggak bisa gantiin rasa ngilernya sama buah segar! Dan akhirnya Pras dan Jarot memutuskan untuk mencari sang penjual buah segar, boleh dikatakan mereka berdua adalah pejuang buah segar. Kalau dijadiin dongeng kayaknya lucu tuh, 2 pejuang buah segar menggelar sayembara barangsiapa yang menjual buah segar jika itu perempuan maka akan dijadikan ibu-ibu buah segar dan jika laki-laki akan dijadikan bapak buah segar (yakin 100% nggak ada yang mau jualan, imbalannya nggak mutu gitu). Sembari sang pejuang buah segar memperjuangkan buah segar, kami berempat nggembel di pelataran kota tua. Hunting foto dan hunting makanan sekaligus hunting manusia, kali aja ada artis lewat kan lumayan bisa foto bareng trus diupload di FB/twitter trus di share ke temen-temen trus temen-temen bilang gini “iiihh...kok bisa sih? Aku pengeeeennnn” trus dengan tersenyum bangga ngomong gini “siapa dulu dong...” dan ini adalah ciri manusia ALAY stadium akut!!! Kenapa alay? Iyalah alay...mending kalau artisnya cakep semisal Dimas Anggara atau Rio Dewanto, nah kalau Jojon atau Bolot yang kebetulan kesitu gimana? Tetep mau foto bareng? Yang ada ntar kalao foto bareng, komentar temen-temen bakalan nyelekit alias sakit banget, “hah...bapakmu operasi plastik ya?”. Khusus Rio Dewanto...saya nggak nolak buat foto bareng (woooo...sesi curhat). Menunggu ternyata membosankan tapi pejuang buah segar ternyata pulang dengan membawa hasil yang memuaskan, buah segar dataaaanggg!!! Horeeee...makan buah segar pas sore-sore emang asik dan asal kalian tau aja nih...ternyata untuk dapetin buah segar itu aja (yang mungkin sangat mudah ditemukan di Jogja), mereka harus jalan jauuuuuuuhhh keluar dari kawasan kota tua! Mampus gilaaaaa...tapi salut dengan perjuangan mereka berdua dan sebagai tanda penghormatan, kami nobatkan si Pras dan Jarot sebagai PEJUANG BUAH SEGAR. :D
Foto Iseng :D
Keasyikan muter-muter kota tua sampai nggak nyadar kalau hari udah mulai sore dan kami harus pulang menaiki busway menuju shelter busway HARMONI. Hmm...disinilah perpisahan mulai terjadi. Kami berpencar menuju tujuan masing-masing. Pras naik busway utnuk menuju ke kampung halamannya, Isma dan Udin naik busway untuk menuju ke rumah ibunya Isma kembali, sedangkan aku, Rista, dan Jarot sama-sama menuju ke kalideres walaupun nantinya di kalideres aku sama Rista harus pisah juga dengan Jarot. Baru berapa menit nggak ketemu mereka berempat kok udah kangen ya...kangen gila-gilaan bareng, ketawa bareng, makan bareng, foto bareng, semuanya yang bareng-bareng! Terlalu lucu buat dilupain gitu aja, tapi nggak papa...besok senin ketemu lagi sama Isma dan Udin di stasiun untuk pulang bareng ke Jogja.
Malam itu Kalideres adalah tempat persinggahan aku dan Rista yang terakhir selama di Jakarta sampai hari senin nanti...
*foto diambil dengan kamera HP LG GW-300 (maaf kurang memuaskan hasilnya)


Journey #4: TIDUNG Tralala...Dubidubidam...Dam...Dam

“Politik monopoli uang di malam hari?”
(Jum’at, 20 Januari 2012)

Pagi hari yang menjadi hari terakhir di Tidung, rasanya berat banget kalau harus ninggalin pulau sejuta kenangan ini termasuk kenangan bersama nasi asin air laut yang nggak bakalan didapetin lagi kalau udah nyampe Jakarta. Di sisi lain juga merasakan bahagia, bahagia karena akhirnya pulang ke Jakarta!!! Horeeeee.... :D
TIKET KAPAL PULANG
 Sebelum pulang, kami harus bongkar-bongkar tenda dulu sekaligus bersih-bersih basecamp gratisan (POLSEK) yang kebetulan seharian kemaren dititipin ke kita berenam. Usai bersih-bersih basecamp, peralatan, dan bersih-bersih diri kini saatnya sarapan. Makan seadanya bersama jagung rebus sisa semalam, lumayan lah buat mengganjal perut. Saat itu kami pulang nggak naik kapal Kerapu lagi melainkan naik kapal Bisma, karena saat itu kami mengejar waktu sholat jum’at sehingga direncanakan sampai Jakarta sebelum jam 12. Fine...kini saatnya kami benar-benar harus meninggalkan pulau Tidung dengan jembatan keberaniannya (lirik ke Isma). Walaupun tiketnya agak mahal dari tiket sebelumnya waktu naik kapal Kerapu dan kapalnya juga lebih lambat dari kapal Kerapu, namun kami tetap menikmati perjalanan pulang kami. 
TEROMBANG-AMBING DI TENGAH LAUT
Duduk di sisi luar sebelah atas kapal sambil melihat pemandangan laut yang luarrrr biasa indahnya ternyata mengasyikan, ditambah semilir angin laut yang seakan me-ninabobok-an kami, bikin ngantuk! Kapal itu secara perlahan namun pasti membawa kami menjauh dari pulau Tidung, jembatan yang kami namakan jembatan keberanian itu juga semakin lama semakin mengecil hingga tak terlihat lagi. Kini kami benar-benar berada di tengah laut yang jauh dari pulau Tidung maupun pulau Jawa, walaupun selama perjalanan kami juga melihat pulau-pulau kecil yang menjadi bagian dari kepulauan seribu. Hingga akhirnya terlihatlah bangunan-bangunan besar di depan mata kami, ya...kami mulai melihat penampakan dari pulau Jawa terutama Jakarta. Terlihat dengan banyaknya gedung-gedung pencakar langitnya dan bangunan yang waaahh, sangat berbeda dengan Tidung yang lebih banyak menyuguhkan pemandangan hijau yang tentunya tidak didapatkan di kota batavia. Haduh...sediiihhh!!! Kini kami benar-benar sampai di Muara Angke tepatnya di pelabuhan lama, bau ikan itu mulai tercium lagi lebih tepatnya bau khas Muara Angke. Hmmm....luar binasaaaa!!! Sesampainya di Muara Angke kami kemudian naik angkot, angkot yang kami tumpangi itu sopirnya kereeenn banget. Main salip sana-sini udah kayak Donitata, mungkin aja kalau bapak sopirnya agak mudaan dikit udah jadi pembalap tuh! Hahahhaa... setelah bersalip-salip ria bersama angkot, kami kemudian naik busway menuju masjid Istiqlal.
Berhubung waktu itu udah hampir jam sholat jum’at dimulai jadi kami memutuskan untuk sholat disana sekaligus mampir istirahat. Sambil nungguin kaum adam sholat Jum’at, aku sama Rista menggembel di depan masjid tepatnya pelataran. Ngapain? Jawabannya nungguin barang, berasa aneh banget waktu itu soalnya tiap ada orang lewat langsung ngeliatinnya dari atas ke bawah trus ke atas lagi. Mungkin orang-orang yang lewat itu memastikan bahwa kami menapak ke tanah jadi mereka yakin kalau kami itu bukan makhluk jadi-jadian (sekali lagi kalau Rista baca ini pasti bawelnya kumat trus ada pesan masuk di HP saya tertanda RISTA). 
Nggembel didepan ISTIQLAL...
Terlebih kami berenam dikirain orang yang mau demo lantaran jaket kami sama (baca: jaket kelas warna item). Selesai sholat Jum’at baru terasa laparnya, akhirnya kami memutuskan untuk mencari tempat makan dan kami memilih makan ketoprak di depan Istiqlal ditemani es cendol. Seruu...lucuuu...dan kenyang!
Setelah kenyang kami lanjutkan perjalanan, awalnya sih pengen mampir ke Monas waktu itu tapi kondisi kami berenam terlalu capek juga hingga kami putuskan saja untuk mampir sekalian singgah semalam di rumah ibunya Isma di daerah Condet dengan menaiki angkot nomer berapaaa...lupa! Sesampainya si rumah Isma terjadi pertemuan yang sangat emosional, pertemuan ibu dan anak benar-benar sangat emosional antara Isma dengan ibunya (kalau dilihat jadi keinget sama program acara transTV termehek-mehek, untung nggak terseok-seok, atau tersedu-sedu hush apaan sih! Serius nih...). Usai melihat Isma berkangen-kangen ria dengan sang ibu, kami berenam masuk ke rumahnya Isma dan disambut dengan suaminya ibunya Isma. Kami mulai berbincang dengan beliau, logatnya campur-campur agak Arab gitu dan ternyata beliau ini guru di Arab sana (kereeeennn... >,<). Tapi jujur, aku benar-benar ora mudeng sama yang beliau katakan ini soalnya campur bahasa Arab. Tau sendiri lah dulu pas SMA pelajaran paling jeblok adalah bahasa Arab, dan sampai 3 tahun berkutat dengan bahasa timur tengah tetep aja nggak ngerti paling banter yang gue tau itu LA=tidak, NA’AM=iya, dan KHAIR=baik (kemampuan dibawah rata-rata -.-a). Oke...cukup sudah menjelek-jelekan kemampuan bahasa Arab saya, kita lanjut ke cerita di rumah Isma. Setelah ngobrol banyak, ibunya Isma menyuruh kami berenam makan makanan yang ternyata sudah disediakan untuk kami. Hal pertama ketika menyantap makanan di rumah Isma adalah Akhirnya makan nasi yang sesungguhnya... gimana enggak? 2 hari berturut-turut makanannya campuran air laut semua dan saat itu akhirnya ketemu nasi yang benar-benar nasi –nasi yang nggak asin. Hehee... :D
Perut kenyang dan selanjutnya adalah mandi,  merasakan mandi yang sesungguhnya mandi! Nggak pake air asin lagi dan tentunya nggak bau! Horeeee...!!! Akhirnya mandi juga, akhirnya seger juga, dan akhirnya bersih juga. Alhamdulillah banget lah pokoknya. Tapi tapi tapi kenapa ini? Tanganku bentol semuaaaaaa.... wawwawawawawawa... kata Rista aku alergi udara, tapi kenapa pas di Jakartanya? Kenapa justru di Jakartanya , bukan di Tidung? Bentol kecil-kecil dan gatal tapi semakin digaruk bentolnya semakin banyak! Paraaaahhh...aku alergi kota Jakartaaaaa!!! Ooooo...tiiidddaaaakkk! :O
Makan udah, mandi udah, seger udah, bentol-bentol udah (loh???) saatnya...ngumpul bareng sekalian itung-itungan duit, menghitung duit yang udah dikeluarin selama beberapa hari yang lalu dari mulai berangkat sampai saat itu dirumahnya Isma. Itung-itungan duit jadi kayak mainan monopoli, hahhaha...semuanya pegang duit trus ntar duit kumpulin sesuai pengeluaran dan dibalikin ke pemilik asal! Seru lah pokoknya, dan aku namakan itu sebagai Politik Monopoli Uang. Ternyata eh...ternyata pengeluaran kita selama beberapa hari itu berkisar 250 ribuan aja looo! Nggak percaya, mari kita liat rekapannya dibawah ini:

Iuran perlengkapan                            : Rp 40.000,00
Beli tiket kereta PP                            : Rp 70.000,00
Naik Busway  Rp 3.500,00 x 3         : Rp 10.500,00
Naik angkot Rp 2000,00 x 3            : Rp   6.000,00
Sewa alat snorkling                           : Rp 35.000,00
Tiket naik kapal Kerapu PP              : Rp 63.000,00
Lain-lain                                           : Rp 15.000,00 (fleksibel)
TOTAL                                           : Rp 239.500,00

Murah dan asik...oiya yang lain-lain itu sifatnya menyesuaikan kantong anda sendiri-sendiri, kayaknya sih total semua pengeluaran segitu (nggak tau deh kalau ada yang keselip atau kelewatan). Dan monopoli uang malam itu menutup hari Jum’at dengan begitu indah tak terkecuali dengan indahnya tidur kami semua... ^^
*sekali lagi maaf hasil jepretan kurang maksimal tapi cukup lah buat dokumentasi with LG GW-300