Senin, 24 Juni 2013

Pangandaran, Hutan Lindung, Batu Hiu, dan...GREEN CANYON!!!

1-2 Juni 2013...

Kalau ada yang bilang Tuhan itu nggak pernah mengabulkan semua do'a-do'a kita, maka itu semua SALAH! Kenapa? Waktu mbolang ke Pangandaran dulu, saya pernah meminta agar saya bisa kembali lagi berkunjung ke sana lagi, melihat sunset lagi, dan tentunya impian saya untuk berkunjung ke Green Canyon yang waktu itu belum kesampaian. Daaaannn...ternyata Tuhan mendengar do'a saya, saya percaya segala sesuatu yang diawali dengan niat yang baik maka semua akan dipermudah. Bismillaahh...
Kesampaian juga menikmati sunset Pangandaran (lagi), hutan lindung, pantai batu hiu, dan yang paling penting adalah GREEN CANYON!!!

Pengen langsung nyebur (Green Canyon)

Pangandaran
Hutan Lindung Pangandaran
Stalaktit oh Stalaktit

Mereka menamainya BATU GAJAH :3
Air suci yang katanya bikin AWET MUDA 
Pantai Batu Hiu
Welcome to GREEN CANYON!!!


Rabu, 19 Juni 2013

Quote #7


"takono dibiso weruh, bisane ditirokke, apike dikulinakke, dadine diantebi, rampunge ditandangi"
(Pesan dalang alm Ki Gondo Darman)

Kamis, 13 Juni 2013

Beksan Gambyong Pareanom

Entah kenapa ingin sekali posting tentang salah satu tarian tradisional favorit saya yaitu gambyong pareanom. Menurut saya tarian itu sangat 'njawani' sekali atau boleh dikatakan khas Jawa banget, walaupun masih ada tarian Jawa lain yang nggak kalah bagus semacam tari bedaya ketawang dan teman-temannya. Hingga dibela-belain ikutan kursus nari singkat selama 3 bulan hanya demi tarian yang satu ini (saking terobsesinya sama beksan yang satu ini). FYI, beksan itu adalah bahasa Jawa halus yang berarti tarian, jadi jangan bingung kalo judul di atas ditulis beksan. Kalau menurut sumber ada yang mengatakan bahwa tari Gambyong, adalah seni tari yang berasal dari Surakarta. Berdasarkan buku sejarah, Tari Gambyong pada awalnya di populerkan oleh seorang penari jalanan (tledek) yang cukup terkenal bermana “Gambyong”. Ia hidup pada zaman Sri Susuhunan Paku Buwono ke-IV di Surakarta sekitar tahun 1788-1820.


Gambyong, dikenal sebagai seorang penari yang cantik, gerakan tariannya sangat indah dan memiliki suara yang merdu, yang pada akhirnya mengantarkan Gambyong sebagai penari terkenal di wilayah Surakarta. Berdasarkan beberapa catatan, Tari Gambyong seperti yang bisa kita nikmati sekarang, adalah perkembangan dari tari tledek atau tayub. Perkembangan tari tersebut sangat terasa pada zaman Sri Susuhunan Paku Buwono IX sekitar tahun 1861-1893. Oleh KRMT. Wreksodiningrat, jenis tari tersebut diperkenalkan kepada khalayak dan ditarikan oleh waranggana (pesinden). Karena sudah mulai masuk di lingkungan bangsawan, maka gerakan tariannya mengalami perubahan yang cukup jauh dibanding dengan gerakan semula. Puncak perkembangan terjadi pada sekitar tahun 1950 yang kemudian lahirlah tari “Gambyong Pareanom” yang merupakan hasil karya Nyai Bei Mintoraras dengan tampilan lebih berbeda, baik dari sisi iringannya, rias maupun busananya.
Selain mengalami perubahan bentuk, tari Gambyong juga mengalami perubahan fungsi. Tari Gambyong yang semula hanya sebagai hiburan atau tontonan, kemudian beralih fungsi yaitu untuk upacara penyambutan tamu Negara. Bahkan dalam perkembangan terakhir, Tari Gambyong sering digunakan untuk kegiatan festival.

QUOTE #6



"Hidup itu seperti pagelaran wayang, dimana kamu menjadi dalang atas naskah semesta yang ditulis oleh Tuhanmu" (Sujiwo Tejo)

Rabu, 12 Juni 2013

YES, WE ARE IBE 2010

Kayaknya bakalan kangen sama orang-orang di bawah ini, yang menjadi sesepuh atau boleh dikatakan sebagai dedengkot kelas Internasional Prodi Pendidikan Biologi UNY. Nggak terasa udah 3 tahun aja sama-sama, ngapa-ngapain bareng, nangis bareng, konyol bareng, wis lah...apapun itu nggawe aku kangen!

"Satu hal yang harus kalian tau, Rinduku bukan karena parasmu, namun aku rindu sela-sela dan ruas-ruas kekonyolan diantara kita" (Sujiwo Tejo)



Selasa, 11 Juni 2013

NGOMONGIN SENJA

      Berbicara soal senja nggak pernah ada habisnya di mata saya, saya penyuka senja dan rela menghabiskan seluruh sore demi untuk melihat senja dan menikmati detik demi detik momen matahari tenggelam. Rasanya indah dan kalau kata Katon Bagaskara itu "ngelangutkan jiwa" hahaha
        Banyak yang bilang ini kebiasaan aneh tapi menurutku nggak aneh, kata siapa aneh? Justru yang aneh itu adalah orang yang nggak bisa menikmati senja, senja itu perenungan (kata mbah Tedjo) dan yang paling penting senja itu ada simbol pengharapan. Pengharapan datangnya esok yang lebih baik...


"Mungkin senja ada dimana-mana, tapi baratku cuma ada satu yaitu KAMU"