Sumpah Mahasiswa Indonesia:
Kami mahasiswa Indonesia bersumpah,
bertanah air satu, tanah air TANPA
PENINDASAN.
Kami mahasiswa Indonesia bersumpah,
berbangsa satu, bangsa yang gandrung
akan KEADILAN.
Kami mahasiswa Indonesia bersumpah,
berbahasa satu, bahasa TANPA
KEBOHONGAN.
Kemanakah Mahasiswa?
Sebait sumpah mahasiswa yang kerap
kita dengar saat orasi mahasiswa yang menuntut keadilan negeri, terakhir kali
kudengar beberapa tahun yang lalu. Lantas, kemanakah mahasiswa Indonesia saat
ini? Sedangkan kami rakyat Indonesia membutuhkan kalian untuk menyuarakan
keadilan yang sudah lama tidak kami dapati. Para mahasiswa Indonesia yang
bangga dengan jaket almamaternya, kemanakah kalian disaat tangisan mulai
terjadi di seluruh pelosok negeri. Kemanakah para agen perubahan itu sekarang?
Adakah suara kalian dibungkam?
Sebagai The Agent of Change, kalian seharusnya bertindak sebagai seorang
yang kritis pada fenomena negeri yang semakin lama semakin menyayat hati ibu
pertiwi. Kalian seharusnya gerah dan cemas atas perubahan yang nyatanya
meruskan jati diri bangsa ini. Telah banyak pembodohan dan ketidakadilan yang
terjadi di negeri ini. Itulah mengapa, kalian seharusnya memiliki opini untuk
mengembalikan dan mengubah semua ini.
Peran mahasiswa sebagai Social Control terjadi ketika kalian
menemui suatru hal yang ganjil. Kalian seharusnya memberontak terhadap
kelaziman atas birokrasi yang semakin bobrok. Kalian seharusnya memulai menyadari
bahwa apa yang terjadi di negeri ini sudah saatnya diperbaiki, bukan hanya
sekedar diamati. Bukan hanya turun ke jalan atau sekedar berteriak-teriak di
jalan-jalan protokol saja yang kami butuhkan. Bukan pula tingkah laku anarkis
kalian yang kami rindukan. Namun kami hanya perlu SUARA MAHASISWA, yang mampu
menyuarakan atas apa yang rakyat rasakan, menyampaikan opini atas apa yang
rakyat alami, dan tentunya menyelesaikan permasalahan ini dengan pemikiran
cerdas tanpa harus menggunakan otot.
Mahasiswa sebagai Iron Stock, adalah kalian para
pemuda-pemudi tangguh yang bersiap untuk menggantikan generasi-generasi
sebelumnya. Kalian adalah aset bangsa, pemikiran dan keberanian kalian adalah
harapan bangsa yang selalu kami nantikan. Di dalam darah kalian mengalir
tanggung jawab besar untuk membawa negeri ini jauh lebih baik lagi. Lantas, apa
yang terjadi jika kalian hanya bungkam?
Bobroknya
Pendidikan
Tentang pendidikan selalu berpijak
pada sistem yang ada. Pendidikan negeri ini terjebak pada sistem. Sistem yang
(mungkin) dianggap baik oleh pemerintah, (nyatanya) belum tentu baik jika
diterapkan. Satu sistem akan merusak sistem yang lainnya. Sebagai contoh: Guru
masa kini terjebak oleh sistem sertifikasi yang sejak beberapa tahun belakangan
menjadi pokok bahasan yang tak kunjung hentinya dibicarakan publik. Sistem
sertifikasi yang digadang-gadang meningkatkan kesejahteraan guru, nyatanya
berimbas pada siswa yang ditangani guru tersebut. Kok bisa? Hal ini sangat bisa
terjadi. Kini guru hanya berkutat pada administrasi sekolah dan personal.
Administrasi sekolah bertujuan untuk meningkatkan akreditasi sekolah, sedangkan
administrasi personal bertujuan untuk meningkatkan pendapatan guru (termasuk
kenaikan golongan). Fakta yang terjadi di lapangan, guru dibebani dengan segala
macam administrasi yang menyita waktunya untuk berinteraksi dengan siswa. Akibatnya,
segala bentuk tingkah laku siswa di sekolah kurang diawasi. Maka tidak heran,
akhir-akhir ini terjadi kekerasan, pemerkosaan, bahkan perilaku yang tidak
pantas dilakukan oleh generasi muda Indonesia. Lantas, salah siapa? Bukan salah
guru maupun orangtua. Sekali lagi, kita hanya terjebak sistem.
Kita perhatikan dari sisi mahasiswa,
kini mahasiswa juga dibebani oleh kurikulum baru yang sangat menyita waktu mereka.
Bahkan kesempatan untuk berorganisasi pun sangat kurang. “Jangankan buat demo, nyempetin waktu buat gabung ke
organisasi aja susah”, ucap salah satu mahasiswa. Kini seakan mahasiswa hanya
dikejar target lulus tepat waktu, tanpa mengacuhkan apa yang mereka dapat
selama ini di bangku kuliah. Terget mereka adalah nilai, padahal ada banyak hal
yang harus kalian eksplorasikan. Kegiatan-kegiatan positif di kampus juga
seharusnya kalian datangi. Bukan untuk gaya-gayaan biar dianggap aktivis saja,
namun hal positif yang kalian dapatkan. Salah satunya adalah mengubah cara
berpikir kalian menjadi lebih global.
Ilmu tidak sekedar apa yang kalian
dapatkan di dalam kelas/perkuliahan. Namun, ilmu sesungguhnya adalah yang
kalian temukan di jalan. Artinya kalian perlu praktek langsung di lapangan.
Seberapapun tinggi IPK kalian, tidak berguna ketika kalian hanya diam. Seberapa
hebat hingga menjadi mahasiswa terbaik di kampus, tidak berarti ketika kalian
berhenti peduli.
Sekali lagi, kami rindu suara kalian
wahai mahasiswa. Kami merindukan Mars Mahasiswa yang kalian nyanyikan di
sepanjang perjalanan kalian. Kami pun merindukan aksi kalian turun ke jalan
menuntut keadilan. Kami tak peduli apa warna jaket almamater kalian, yang kami
tahu warna darah kita semua sama. Merah berarti berani. Keberanian menentang kebusukan-kebusukan
yang tercium di negeri yang mengatasnamakan DEMOKRASI.
HIDUP
MAHASISWA INDONESIA!!!
Disini negri kami
Tempat padi terhampar
Samudranya kaya raya
Tanah kami subur tuan…
Dinegri permai ini
Berjuta Rakyat bersimbah rugah
Anak buruh tak sekolah
Pemuda desa tak kerja…
Mereka dirampas haknya Tergusur dan
lapar bunda relakan darah juang kami
tuk membebaskan rakyat…
Mereka dirampas haknya Tergusur dan
lapar bunda relakan darah juang kami
pada mu kami berjanji…
Tempat padi terhampar
Samudranya kaya raya
Tanah kami subur tuan…
Dinegri permai ini
Berjuta Rakyat bersimbah rugah
Anak buruh tak sekolah
Pemuda desa tak kerja…
Mereka dirampas haknya Tergusur dan
lapar bunda relakan darah juang kami
tuk membebaskan rakyat…
Mereka dirampas haknya Tergusur dan
lapar bunda relakan darah juang kami
pada mu kami berjanji…
(Darah Juang Mahasiswa)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar