Tampilkan postingan dengan label Journey. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Journey. Tampilkan semua postingan

Senin, 24 Juni 2013

Pangandaran, Hutan Lindung, Batu Hiu, dan...GREEN CANYON!!!

1-2 Juni 2013...

Kalau ada yang bilang Tuhan itu nggak pernah mengabulkan semua do'a-do'a kita, maka itu semua SALAH! Kenapa? Waktu mbolang ke Pangandaran dulu, saya pernah meminta agar saya bisa kembali lagi berkunjung ke sana lagi, melihat sunset lagi, dan tentunya impian saya untuk berkunjung ke Green Canyon yang waktu itu belum kesampaian. Daaaannn...ternyata Tuhan mendengar do'a saya, saya percaya segala sesuatu yang diawali dengan niat yang baik maka semua akan dipermudah. Bismillaahh...
Kesampaian juga menikmati sunset Pangandaran (lagi), hutan lindung, pantai batu hiu, dan yang paling penting adalah GREEN CANYON!!!

Pengen langsung nyebur (Green Canyon)

Pangandaran
Hutan Lindung Pangandaran
Stalaktit oh Stalaktit

Mereka menamainya BATU GAJAH :3
Air suci yang katanya bikin AWET MUDA 
Pantai Batu Hiu
Welcome to GREEN CANYON!!!


Jumat, 22 Februari 2013

Dream #19: Ciamis, Tasikmalaya, dan PANGANDARAN!!!


Jum’at, 13 Juli 2012
Perjalanan pertama di Ciamis adalah situ panjalu dan Curug 7 Panjalu, lokasinya terlalu jauh hanya saja jalannya cukup licin untuk naik sepeda motor. Namun kami bertiga memutuskan untuk naik motor saja, alasannya sepele kok…EFISIEN dan yang paling penting ngirit! Pertama-tama kita menuju situ panjalu yang katanya kalau kita sedang berada disini nggak boleh ngomong uyah (atau garam) dan hujan. Nggak tau kenapa kok dilarang, mungkin kasusnya hampir mirip sama Prambanan Jogja yang nggak boleh pacaran di area prambanan soalnya bisa bikin hubungannya putus (apa hubungannya coba?! Sekarang kita kaitkan dengan situ panjalu yang nggak boleh ngomong garam sama hujan, mungkin ntar takut kalau hubungan antara si garam dan hujan itu pecah/putus. Trus ngopo jal?? Sudahlaaaahhh…lupakan! Intinya nggak boleh ngomong itu TITIK!). Obwis a.k.a abjek wisata ini sama aja kayak situ-situ yang lainnya, liat air menggenang dan dataarrr…tapi ada satu yang bikin penasaran yaitu pulau diseberang situ yang ternyata dihuni sama ribuan kelelawar! :D asiikk…asiiikk…dan kita memutuskan untuk kesana naik kapal, awalnya sempat ragu gara-gara untuk mencapai pulau itu harus sewa kapal sebesar 100 ribu. Eeehhh…buseeettt 100 ribu satu kapal dan yang numpang Cuma 4 orang (sama bapaknya), MAHAAALLL… hingga akhirnya kita nemuin (nemuin?? Barang kaleeeeee…) mbak-mbak cantik sama ibunya yang kebetulan juga pengen kesana buat ziarah. Ziarah?? Itu tempat apaan sih sebenarnya?? Gue sempet curigaa… tapi berhubung tawarannya yang lumayan, akhirnya kita memutuskan untuk kesana berenam (termasuk sama bapaknya yang jadi nahkodi a.k.a nahkoda kapal kecil hehehe bikin istilah sendiri ben sangaarrr). Awalnya niat kita kesana, terutama saya adalah untuk liat kelelawar yang gede-gede dan beribu-ribu itu tapi….
“ayo sebelum liat-liat kelelawar, kita ziarah dulu. Rugi atuh jauh-jauh kesini nggak ziarah”, kata si ibu mengajak kita.
Aku, Surya, dan Dian Cuma liat-liatan. Ziarah?? Kita ziarah ke siapa?? Wali?? Presiden?? Atau kakeknya kelelawar yang jadi sesepuh disini?? Ambigu banget…
Tapi okelaaahhh…kita bertiga ikut-ikutan si ibu dan mbaknya yang cantik itu untuk “ziarah” ke orang yang nggak tau siapa…
“ibu the mau ziaraah? ^^$#@bbzzzzz!~~$%^&?>”, Tanya mas-mas yang perawakannya mirip syech tapi mukanya kocak.
“iya atuh kang, &*^%$##@lalalalalalablllalalala@#%^&*” (nggak tau ngomong apaan, yang jelas intinya si masnya yang mukanya kocak tadi nawarin jasa buat mimpin doa pas ziarah)”
Dan kami mengikuti masnya menuju seuatu bangunan yang mirip masjid dan disitu ternyata ada makam dari seseorang entah siapa namanya tapi yang jelas terkenal di Ciamis dan sekitarnya, jadi maklum kalau orang Jogja nggak tau apa-apa maklum kami hanya ikut-ikut dan nggak tau apa-apa plisss. Kami duduk berjejer, masnya yang kocak tadi mulai memimpin doa-doa dan kami mengamini. Ada yang aneh selama masnya memimpin doa…
“muhammaduunn…muhammadun…muhammadun rosulilaaahhh…muhammmaduunn………”, dalam melantunkan sholawat itu ada yang aneh, hingga gue mulai kenal nada dari nyanyian sholawat itu.
Mbaknya yang cantik mulai cekikikan, aku masih meraba-raba keganjilan dari nyanyian sholawat itu hingga akhirnya baru kusadari bahwa dalam nyanyian sholawat itu masnya yang kocak itu memakai nada iwak peyek-nya Trio Macan yang lagi ngeboominggg… eh buseettt daaahh! Nyanyian sholawat malah kayak konser trio macan, semua cekikikan termasuk kami bertiga, nggak bisa nahan buat nggak ketawa. Yang bikin tambah geli itu pas liatin ibunya yang juga ngikutin gerakan-gerakannya masnya yang kocak tadi… bahhahahhahaaa…sumfeeeeehhhhh itu menggelikan sekali. Rasanya kalau diingat-ingat lagi pengen ketawa mulu…masnya kocak ternyata tingkahnya juga kocak alias gemblung!
“nanti kalau denger lagu iwak peyek, jangan lupa inget saya ya…”, kata masnya seusai memimpin doa.
Kita bertiga nyengir kuda, batin gue kala itu “yang ada gue geli sendiri kalau inget elu, orah bangeett”.
Jhahhaaaa....pulau yang aneh, perhatian gue langsung tertuju pada ribuan kelelawar yang nangkring di pohon-pohon disekitar gue. Asik banget laaahh…banyak kelelawar dan bau guano…
Dan kamipun kembali ke seberang dan harus mengucapkan salam perpisahan dengan mbak cantik dan ibunya yang kocak. Hahhaahhaa…
hunting kelelawar...
ribuan kelelawar di pulau kelelawar...
Usai sholat Jum’at, kami melanjutkan perjalanan ke curug 7 panjalu. Ternyata lokasinya nggak terlalu jauh dari situ panjalu, dan kalau kalian pengen kesini jangan lupa bawa jaket dan makanan yang banyak! Soalnya dingin banget…dingggiiiinn… dinamakan curug 7 panjalu karena tempat ini mempunyai 7 curug di lokasi yang berbeda-beda dalam satu kawasan, antara curug yang satu dengan yang lain lumayan juga jaraknya kalau jalan kaki tapi sensasinya BBBBRBRRRRRRRRRRR….adeeemmm benerrr!!! Seger banget airnya, nggak nyesel deh jalan jauh buat ke curug ini. Awalnya kita pengen menjelajahi ke semua curug tetapi pada curug ketiga, saya baru ingat kalau ternyata saya dan Dian belum sholat (maklum ada yang ngingetin, diikutin mulu hehe). Akhirnya kami memutuskan untuk turun dan menuju ke mushola untuk sholat. Seusai sholat, kami memutuskan untuk pulang dan cari makan siang!




Kota Ciamis di malam hari ternyata nggak jauh beda sama Malioboronya Jogja, sama persis. Kami jelajah malam waktu itu, masuk ke toko satu ke toko lainnya Cuma buat windows shopping. Setelah puas, malam itu ditutup dengan sepiring es pisang ijo pinggir jalan seharga 3000an saja, aneh memang…es pisang ijo tapi ditaruh dipiring?! Yah…inilah ciri khas dari masing-masing kota, termasuk di kota Ciamis ini… J


Sabtu, 14 Juli 2012 pagi hari…
Perjalan kedua kami adalah ke gunung Galunggung. Cuacanya mendukung sekali untuk pergi kesana, cukup cerah dan tetap dengan eksotika dingin yang dimiliki oleh daerah dikawasan dataran tinggi. Gunung galungnggung terletak di daerah Cipanas, disini banyak objek menarik. Untuk menuju ke lokasi ini harus hati-hati, sebab ada jalan yang tidak rata dan berkelok-kelok serta jika kurang berhati-hati cukup riskan untuk jatuh. Tapi lebih asik kalau kesini naik motor, selain praktis dan irit juga bisa menikmati pemandangan sekitar yang sayang banget kalau dilewatin gitu aja…




Galunggung….disini nggak cuma liat gunung aja, tapi juga terdapat pemandian air panas yang kayaknya cocok banget ditempatin disini. Kenapa?? Gunung galunggung adalah gunung sejuta tangga (saya menyebutnya demikian), karena untuk liat kawah anak gunung ini harus naikin tangga yang naudzubilleh banyaknya. Tapi terbayar dengan pemnadangan yang disajikan, puaaasssss…..tapi agak telat datangnya, harusnya lebih pagi lagi soalnya pas kita sampe puncak, pas banget kabutnya turun…so far so good laaaahh!!!  Terlebih pas weekend…beeuuhhhh rameeee!!! Banyak orang (yaiyalaaahhh namanya juga objek wisataaaa). Disini menyenangkan… J

Dream #19: Ciamis, Tasikmalaya, dan PANGANDARAN!!!



Sebenarnya cerita dari perjalanan ini sudah lama mengendap di dalam salah satu folder di laptop saya, dan nggak tau kenapa tiba-tiba terbesit untuk memposting cerita saya ini. Oke nggak perlu berpanjang lebar, langsung saja kita mulai ceritanya…
Diawali dari iseng-iseng chattingan sama adek sepupu yang tinggal di Ciamis, SuryaWahyu Pambudi yang ngobrol ngalor-ngidul ngetan-ngulon nggak jelas dan tiba-tiba masuk ke pembicaraan mengenai liburan ke Ciamis.
“Ayo mbak maen ke Ciamis, sekali-kali gentian dong! Masa’ Uya (panggilan akrab adek sepupuku itu) terus yang maen ke Jogja”, kata adekku lewat chat.
“hehee…nggak janji kesana liburan ini Ya’, tapi janji deh bakalan kesana”, balasku cepat.
“oke mbak…tak tunggu ya!”,  postingan terakhir adek sepupuku mengakhiri percakapan malam itu.
                Akhir pembicaraan dengan adek sepupu berhasil membuat saya nggak bisa tidur malam itu, “Ciamis?? Liburan ini ke Ciamis….”, gumamku sembari membuka buku tabungan. Haaahhh…pokoknya malam itu malam tergalau dari malam-malam sebelumnya, antara liburan ke Ciamis atau mbolang bareng temen maen ke suatu tempat.
Pagi harinya aku ngomong ke ibu soal keinginanku mbolang ke Ciamis sendirian, awalnya ibu nggak masalah soal aku yang sendirian maen ke kota lain sendirian saja tetapi bapak yang nggak ngebolehin saya pergi sendiri saja… “yo nek iso tetep kudu ono kancane (ya…kalau bisa harus ada temennya)”, ujar bapak kala itu. Aku mulai bingung lagi…harus ada temennya?? Siapa nih?! Kalau ngajak temenku nggak mungkin banget, soalnya takut merepotkan tapi ngajak siapa ya?!
Hingga tiba-tiba ibuku nyeletuk, “ngajak dian wae, sekalian ben latihan ora mabukan nek lunga adoh (ajak dian saja, sekalian ngelatih dia biar nggak mabukan kalau pergi jauh)”. Dian Wahyu Utami adalah adek sepupu saya yang lain (eh..buset!!! sepupu gue banyak amiiirrrr -___-) dan dia adalah tipe orang nggak bisa naik mobil kalau pergi jauh, alasannya sepele karena takut mabuk dijalan a.k.a ngasih jackpot ke tas kresek warna item. Wah…bakalan berat nih, ngajakin anak labil yang baru masuk kuliah sekaligus suka ngasih “undian berhadiah” selama perjalanan..abooootttt caahh!!! Tadinya sempat kuputuskan untuk membatalkan liburan ke Ciamis, tapi pesona Pangandaran yang menjadi mimpi saya nomer 19 sudah melambai-lambai di depan mata. Nggak bisa!!! Pokoknya kudu tetep lanjut…apapun yang terjadi, toh tabungan juga sudah mencukupi kalau harus kesana (hehhee..kenapa tau kalau cukup? Soalnya sebelumnya gue udah membuat rengrengan dana dari mulai transpot, maen, makan, dan pengeluaran lain). Harus berangkaattt…!!! Pagi itu juga saya sms adek sepupu saya dan dia menjawab, “aku ikut mbaaaakkkk..”. baiklaaaaahhh…kita mulai perjalanan ini minggu depan!!!

Kamis, 12 Juli 2012 pukul 06:00
                Rasanya hari itu hari paling ngantuk untuk bangun pagi, gimana enggak?? Malemnya tidur sampe jam 12 malem gara-gara lembur nyelesein desain dan paginya harus bangun jam 4 buat packing (maklum, tiap pergi kemanapun itu selalu….packing dadakan hahaha). Dengan bus Ramayana jurusan Magelang-Jogja, kami berdua (saya dan adek sepupu) meluncur menuju terminal Giwangan. Agak aneh memang, kenapa nggak minta dianterin sama kakak saya atau saudara saya yang lain?? Alasannya adalah EFISIEN!!! Sebab kalau harus minta antar sama kakak atau sepupu (tuh kan…sepupu lagiiii haaahhh :p) pasti nanti endingnya rempong, ribet, inilah…itulaaahhh…beginilaaahh..begitulaaahh…bawa ini…bawa ituu..heloooo plissss!!! Kita liburan bukan ngungsi…! Dengan bus Ramayana yang cepat dan wusss…wusss…akhirnya kami sampai ke Giwangan sekitar jam 8, dengan berlari-lari kami mencari bis tujuan Tasik (sebut: bis budiman). Kenapa memilih bis, bukan kereta? Alasannya simple… EFISIEN! Soalnya kalau naik kereta harus pesen tiket dulu, belum lagi nanti jarak dari stasiun ke rumah saudara lumayan jauh jadi pengeluarannya nambah hahahahaa (maklum lahhh…cari irittt, lumayan sisa duitnya buat mbolang ketempat lain). Okeee… kita balik ke cerita, setelah nemu bis yang bertuliskan BUDIMAN tanpa ragu lagi kami langsung naik dan beruntungnya kita soalnya ternyata beberapa menit setelah kita naik, bisnya langsung berangkat. Waahh…nggak kebayang kalau kita telat 5 menit aja, pasti bakalan kayak kere luntang-luntung di terminal. Perjalanan dimulai…busnya lumayan nyaman dengan harga yang lumayan juga, yaitu 65.000 plus makan siang. Murah kan?? Lumayan ngirit juga kok...
Beberapa jam selama perjalanan tiba-tiba gue dapet firasat nggak enak ketika liat wajah adek sepupu gue…
“kenapa, Yan?” tanyaku agak was-was.
“nggak papa mbak, dingin…”, jawabnya.
“nggak bawa selimut atau apa gitu?? Nih…dipake biar anget”, kataku sambil ngasihin selimut pantai warna ijo kesayangan yang selalu dibawa kemana-mana.
Oke fine…akhirnya adekku tertidurr… haduuhhh ayeeeemmmmm!!! Tapi selang beberapa menit setelah itu….
“mbak….plastik!! hueeeeeeekkkkk…”, kyaaaaaaaaaaaa…..adek sepupu gue muntah kemana-mana. Antah berantaaaaahhhhh haduh biyuunggg. Gimana ini? Gimana ini? Aku panik…aku bingung…aku mules…bibir pecah-pecah…panas dalam….tenggorokan kering…gimana iniiii???? Tapi entah kenapa aku nggak ngerasa jijik atau gimana gimana…jadi semua langsung bisa diatasi sebagaimana mestinya. Udah 2 kali adekku muntah hingga akhirnya kami berhenti ke depot makan, buat makan siang! Ngisi perut biar kenyangg, tapi sayangnya adek sepupuku nggak nafsu makan gara-gara takut ntar makanannya keluar semua. Yaaahh..begitulaahh J
Ketika perjalanan dilanjutkan, adekku Cuma duduk dengan ekspresi lemas…oaalaaahh dek, diajak liburan malah ngambrukk! Ketika nyampe Ciamis barulah gue kirim sms ke Surya terkait liburanku kesana (jadi pas liburan itu sebelumnya aku nggak ngomong ke Surya dan keluarganya, takutnya nanti rempong sendiri heheheee…jangan ditiruuuu).
“mbak tata seriusan mau kesini?”, Surya membalas smsku.
“iya…ini nyampe Ciamis”, balasku sambil ketawa.
“kok ngomong dulu sih! Okeee…nanti Uya jemput di pasar di Cikoneng, nanti bilang aja ke supirnya turun kesitu”.
“okeeeeee….”
Setelah beberapa jam akhirnya gue ngomong ke supirnya, “pak, nanti turun pasar Cikoneng aja yaa..”
“iya neng…ini masih jauh kok”, jawab bang supir. “oke pak..”
Tiba-tiba handphone gue bunyi….
“MBAAAAKKK…KOK BISNYA NGGAK BERHENTI?? BILANG TURUN MBAK, MBAK TATA KEBABALASAAANN!!!”, teriak Surya dari seberang telfon.
“eeehhh…masa’?? tadi kata pak supirnya masih jauh kok”, jawabku nggak kalah kenceng sambil liatin pak supir dan pak supirnya liatin aku dan kita liat-liatan lewat spion dalam.
“PAK!!! KEBABLASAN YA??”, teriak gue ke pak supir.
“eh…enggak kok mbak, ini masih lamaa, ini baru nyampe ******* (gue lupa nama tempatnya)
“tapi ini saudaraku telfon, katanya kebablasann…”, kataku panik sambil liatin adek sepupuku yang mukanya ikutan panic campur pusing campur mau muntah campur-campurr.
“oooh..mungkin itu bis lain mbak, kan bis BUDIMAN dari jogja ke tasik nggak Cuma ini aja…”, jawab supirnya santai.
Dan handphoneku bunyi lagi…
“eh..ternyata bukan kok mbak, mbak nyampe mana sekarang??”, kata Surya di telfon.
“ini baru nyampe ********, wuuuu…gimana sih???”, kataku sambil menuju tempat duduk dan ngeliatin sekeliling ternyata berpasang-pasang mata ngeliatin gue. ANJIIIRRRRRR….GORIIILAAAAAA
Dan akhirnya bus berhenti dan mas kondektur ngasih kode ke gue kalau kita udah nyampe, mungkin kata masnya kala itu pas nyampe di tempat tujuan adalah “aduuhh..yang udah nyampe ketempat tujuan, seneng banget deeeehhh” GEMBEEEELLL!!!  Dari kaca jendela udah keliatan penampakannya Surya dan tantenya yang jemput pake sepeda motor. Agak ayem juga sih mengingat Dian yang udah lemes kayak mendoan yang didiemin 2 hari kayak gitu. Sampe rumah, kami berdua disambut luar biasa oleh saudara-saudara di Tasik, maklumlaaahhh…udah lama nggak maen ke Tasik. Malamnya aku, Dian, dan Surya merundingkan tempat wisata yang asik di sekitar sana (kebetulan gue udah bikin list tempat wisata)…
Dan kami memutuskan untuk pergi ke Curug 7 Panjalu, Gunung Galunggung, dan terakhir adalah mimpi saya nomer 19 yaitu… PANGANDARAN!!! J

Senin, 06 Februari 2012

Journey #6: TIDUNG Tralala...Dubidubidam...Dam...Dam

“Terimakasih Jakarta...”
(Minggu-Senin, 22-23 Januari 2012)

Minggu pagi sebagai minggu pertama di Kalideres tepatnya dirumah saudaranya Rista diisi dengan agenda jalan-jalan menuju pasar pagi, hunting bubur ayam! Seru dan menyenangkan, keadaannya nggak jauh beda sama Sunday Morning di UGM tiap hari Minggu (namanya juga Sunday jelas hari Minggu, kalau Monday tuh baru hari Rabu *loh??). Siangnya kami isi dengan jalan-jalan ke Tangerang, kerumah saudaranya Rista yang lain dan mampir ke pasar buat belanja lebih tepatnya si Rista yang shopping! Aku sih enggak soalnya bentol-bentol ditangan semakin merajalela, haduuhh...beneran nyiksa banget tuh bentol-bentol. Yang jadi pertanyaan: hubungan shopping  sama bentol itu apa ya? NGGAK ADA!!! Intinya serba salah gue, kalau digaruk nanti bentolnya nambah tapi kalau nggak digaruk malah gemes sendiri nahan gatel! Wawawwawa...saat itu Cuma bisa berharap Senin cepatlah datang dan cepatlah bawa aku kembali ke Jogja biar bentolnya cepet ilang. Pulang belanja bukannya seneng tapi Rista malah masuk angin! Tidur mulu dia dan aku?? Mainan HP hahahha nggak bisa tidur akhirnya SMS-an aja sama si Isma, Udin, Jarot, dan Pras. Malam harinya suara petasan dan kembang api terdengar dimana-mana, maklum saat itu pas bertepatan dengan hari Imlek dan kebetulan juga rumahnya saudaranya Rista deketan sama kompleksnya orang Cina. Tapi mau nggak mau tetep harus tidur, nggak sabar menunggu hari Senin datang dan pulang...
Nggak terasa udah hari Senin aja, horeeee!!! Hari itu aku sama Rista nggak kemana-mana soalnya Rista masih sakit dan kebetulan aku juga lagi nggak pengen kemana-mana. Di hari terakhir di Jakarta kerjaan gue tidur-nonton tv-makan-tidur-nonton tv-tidur-makan-tidur lagi, hahahahha...parah banget aku! Lha soalnya bingung juga mau ngapain yaudah deh...hiburannya Cuma tidur sama nonton TV. Tiba-tiba udah jam 2 siang, wah siap –siap packing baju! Soalnya kami janjian sama Isma dan Udin di stasiun jam 6 sore. Hmmm...kebetulan waktu itu aku sama Rista dianterin ke stasiun sama saudaranya Rista dengan naik mobil (lumayan ngirit duit hehe). Wajar aja lah, Rista keadaannya udah pucat kayak gitu dan muntah-muntah terus dari kemaren. Nggak lucu kan kalau ntar naik busway si Rista mabok? Apa kata supir busway-nya? (senggol Rista). Jam 6 kurang kami berdua sampai di stasiun senen, celingukan cari Isma sama Udin yang ternyata masih di jalan, okelah kami menunggu tapi nggak lama mereka muncul. Walaupun kereta berangkatnya masih jam setengah 9 malam tapi kami langsung masuk ke peron stasiun, menunggu kereta datang ditempat yang sama ketika kami pertama kali sampai di Jakarta 6 hari yang lalu dan posisinya pun sama yaitu menggembel ria! Nggembel di peron sambil ngobrol bareng membuat waktu menunggu kami menjadi nggak terlalu lama, tiba-tiba aja udah jam setengah 9 dan kereta yang membawa kami menuju lempuyangan Yogyakarta menampakkan dirinya sebagai kereta (ya iyalah kereta, masa’ bajaj? Kaget gue kalau misalnya bajaj yang muncul). Detik terakhir sebelum meninggalkan Jakarta saat kaki mulai melangkah masuk ke kereta Progo yang akan membawa kami pulang adalah terima kasih. Terimakasih untuk Jakarta dan untuk semua kenangan tingkat tinggi selama seminggu disana. Pelan namun pasti kereta mulai melaju, suara peluit mengantarkan kami pergi menjauh dari jakarta sebagai kota sejuta kenangan dan kejutan, termasuk kenangan bentol-bentol di tangan saya. Malam semakin larut seiring dengan larutnya kenangan dalam ingatan kami semua tentang Jakarta, tentang Tidung dan keindahannya! Tak terasa mentari muncul dan stasiun tujuan nampak di depan mata. Papan besar bertuliskan LEMPUYANGAN menyegarkan kembali rasa capek selama di kereta hampir semalaman. JOGJA, AKU KEMBALI.....!!! :D


SPECIAL THANKS TO:
TIDUNG DALAM CERITA
Kelima rekan tergokil (Rista Wahyu Mahanani, Isma Dwi Kurniawan, Mauludin Majid, Prasetyo Anggun Pribadi, Jarot Dwi Handoko), bapak masinis yang senantiasa mengantarkan kami hingga selamat sampai tujuan, bapak sopir busway, bapak sopir angkot baik yang ugal-ugalan maupun yang enggak, bapak pengemudi kapal, bapak-bapak dan ibu-ibu yang ada di Tidung, nyamuk-nyamuk nakal di Jakarta yang mengajarkan kami arti berbagi (gubrrraaakkk), bapak polisi yang menyediakan basecamp gratis buat kami, keluarganya Isma di Condet yang udah direpotkan oleh kami semua, keluarganya Rista di Kalideres yang sangat baik sekali, dan tak lupa juga buat mas-mas penjual ENEGREN yang sukses bikin ketawa ngakak di kereta! Thanks all, thanks for all memories while in Jakarta. Always wait for the next journey!!! \(^^)/

*Sampai di rumah baru benar-benar nyadar kalau KULIT SAYA BELANG!!! Terimakasih untuk bentol di tangan saya (nangis di pojokan) 

Journey #5: TIDUNG Tralala...Dubidubidam...Dam...Dam

“Kalideres adalah persinggahan terakhir selama di Jakarta”
(Sabtu, 21 Januari 2012)

Tidur nyenyak dirumah ibunya Isma benar-benar mengembalikan semangat kami semua, gimana enggak? Tidurnya nyenyak bangeeettt sampai nggak kerasa kalau udah pagi. Hari itu kami udah ada rencana buat muter-muter Jakarta, tujuan kami ke Monas dan kota tua. Hmmm...jadi ceritanya backpacker nyasar ke kota kala itu! Hahahaha...
Setelah sarapan, kami langsung capcus berangkat dan khusus aku, Rista, Pras, dan Jarot sekaligus pamit sama ibunya Isma. Kenapa pamit? Soalnya nantinya kami berempat nggak nginep lagi dirumah ibunya Isma; aku sama Rista nantinya bakalan nginep dirumah saudaranya Rista di daerah Kalideres, si Jarot pulang kampung ke Pandeglang Banten, dan Pras pulang kampung ke Bekasi. Sedangkan si Udin...ya tetep balik lagi ke rumah ibunya Isma, nemenin si Isma yang kala itu masih galau berkelanjutan. Hahhaahha... :D
Perjalanan dimulai dengan naik angkot menuju shelter busway, lalu naik busway, lalu jalan kaki yang lumayan lama menuju Monas, horeeee!!! Berhubung weekend jadi suasana Monas saat itu lumayan rame, tapi nggak menyurutkan semangat kami berenam untuk berpetualang di hari itu! Tetep semangat mas mbak...!!! Sampai di Monas kami memulainya dengan sesi pemotretan seperti biasa, dengan arahan sang master Udin dan fotografer handal Isma juga conceptografernya si Jarot, lighting si Pras, dengan model si Luna Maya alias Rista, sedangkan saya yang bengong liatin tingkah polahnya si Rista! Puas dengan sesi pemotretan kami mulai berjalan menuju Monas dengan bantuan kereta kencana versi Jakarta yang membawa kami kesana tapi bunyinya nggak gojess...gojess... (apadeeehh??) dan sampailah kami disana! Beli tiket seharga 1000 rupiah per-orang dan kami pun masuk ke gedung yang bentuknya kayak tugu Jogja tapi lebih tinggi. Melihat-lihat, berfoto-foto, ngikutin mbak-mbak cantik, ngikutin anak-anak TK yang lagi main disana, dan akhirnya ketemu sejoli yang sedang dimabuk asmara. Yaaa... aku sama Rista ketemu sama seorang bapak dan ibu kebetulan lagi duduk disamping kami, ngajak ngobrol bareng dan beliau menceritakan romantisme mereka berdua hahahaha... berasa kayak sesi curhat pokoknya! Dan ternyata baru ketahuan kalau mereka ini ternyata pacaran dan bukan suami-istri. Wah..wah..ternyata pacaran nggak Cuma milik yang muda aja, yang tua pun nggak mau kalah! Hahahhaha...
Udah adzan dzuhur tuh! Kami pun memutuskan untuk sholat di Istiqlal, ke Istiqlal untuk yang kedua kalinya bareng mereka. Suasana yang dirasakan ketika berkunjung ke masjid itu adalah takjub melihat arsitektur bangunannya yang sangat Subhanallah, jadi nggak pengen pergi dari situ! Tapi mau gimana lagi, kami harus melanjutkan perjalanan ke kota tua! 
Naik busway menuju kota tua yang ternyata ramai sekali di sana, sampai disana baru kerasa kalau perut mulai berkeroncong ria versi campur sari dengan iringan musik jazz (nah looo...bayangin aja bunyinya gimana, kalau gue sih ogah buat ngebayangin). Akhirnya kami putuskan buat makan siang dulu, soto ayam menjadi sasaran makan siang kami dan...nyam-nyam-nyam KENYANG! Rasanya kurang mantap sih tapi yang penting kenyang dan menghentikan suara bising di perut saya. Tapi rasanya ada yang kurang nih, kurang buah! Yak...kami berenam kebetulan sedang ngiler buah segar waktu itu, maklum aja sih udah beberapa hari nggak makan buah rasanya kayak orang lagi ngidam. Muter-muter nyari buah segar dan....nggak nemu! Satu pun nggak ada yang jualan buah segar disitu, kalau jualan rujak sih banyak tapi yang kami butuhkan Cuma 1, yaitu BUAH SEGAR tapi yang didapatkan adalah capek! Duduk di depan gedung kota tua, dan tertariklah kami untuk beli es potong! Hahahaha...makan es potong bareng-bareng mirip anak SD tapi makan es potong tetep aja nggak bisa gantiin rasa ngilernya sama buah segar! Dan akhirnya Pras dan Jarot memutuskan untuk mencari sang penjual buah segar, boleh dikatakan mereka berdua adalah pejuang buah segar. Kalau dijadiin dongeng kayaknya lucu tuh, 2 pejuang buah segar menggelar sayembara barangsiapa yang menjual buah segar jika itu perempuan maka akan dijadikan ibu-ibu buah segar dan jika laki-laki akan dijadikan bapak buah segar (yakin 100% nggak ada yang mau jualan, imbalannya nggak mutu gitu). Sembari sang pejuang buah segar memperjuangkan buah segar, kami berempat nggembel di pelataran kota tua. Hunting foto dan hunting makanan sekaligus hunting manusia, kali aja ada artis lewat kan lumayan bisa foto bareng trus diupload di FB/twitter trus di share ke temen-temen trus temen-temen bilang gini “iiihh...kok bisa sih? Aku pengeeeennnn” trus dengan tersenyum bangga ngomong gini “siapa dulu dong...” dan ini adalah ciri manusia ALAY stadium akut!!! Kenapa alay? Iyalah alay...mending kalau artisnya cakep semisal Dimas Anggara atau Rio Dewanto, nah kalau Jojon atau Bolot yang kebetulan kesitu gimana? Tetep mau foto bareng? Yang ada ntar kalao foto bareng, komentar temen-temen bakalan nyelekit alias sakit banget, “hah...bapakmu operasi plastik ya?”. Khusus Rio Dewanto...saya nggak nolak buat foto bareng (woooo...sesi curhat). Menunggu ternyata membosankan tapi pejuang buah segar ternyata pulang dengan membawa hasil yang memuaskan, buah segar dataaaanggg!!! Horeeee...makan buah segar pas sore-sore emang asik dan asal kalian tau aja nih...ternyata untuk dapetin buah segar itu aja (yang mungkin sangat mudah ditemukan di Jogja), mereka harus jalan jauuuuuuuhhh keluar dari kawasan kota tua! Mampus gilaaaaa...tapi salut dengan perjuangan mereka berdua dan sebagai tanda penghormatan, kami nobatkan si Pras dan Jarot sebagai PEJUANG BUAH SEGAR. :D
Foto Iseng :D
Keasyikan muter-muter kota tua sampai nggak nyadar kalau hari udah mulai sore dan kami harus pulang menaiki busway menuju shelter busway HARMONI. Hmm...disinilah perpisahan mulai terjadi. Kami berpencar menuju tujuan masing-masing. Pras naik busway utnuk menuju ke kampung halamannya, Isma dan Udin naik busway untuk menuju ke rumah ibunya Isma kembali, sedangkan aku, Rista, dan Jarot sama-sama menuju ke kalideres walaupun nantinya di kalideres aku sama Rista harus pisah juga dengan Jarot. Baru berapa menit nggak ketemu mereka berempat kok udah kangen ya...kangen gila-gilaan bareng, ketawa bareng, makan bareng, foto bareng, semuanya yang bareng-bareng! Terlalu lucu buat dilupain gitu aja, tapi nggak papa...besok senin ketemu lagi sama Isma dan Udin di stasiun untuk pulang bareng ke Jogja.
Malam itu Kalideres adalah tempat persinggahan aku dan Rista yang terakhir selama di Jakarta sampai hari senin nanti...
*foto diambil dengan kamera HP LG GW-300 (maaf kurang memuaskan hasilnya)


Journey #4: TIDUNG Tralala...Dubidubidam...Dam...Dam

“Politik monopoli uang di malam hari?”
(Jum’at, 20 Januari 2012)

Pagi hari yang menjadi hari terakhir di Tidung, rasanya berat banget kalau harus ninggalin pulau sejuta kenangan ini termasuk kenangan bersama nasi asin air laut yang nggak bakalan didapetin lagi kalau udah nyampe Jakarta. Di sisi lain juga merasakan bahagia, bahagia karena akhirnya pulang ke Jakarta!!! Horeeeee.... :D
TIKET KAPAL PULANG
 Sebelum pulang, kami harus bongkar-bongkar tenda dulu sekaligus bersih-bersih basecamp gratisan (POLSEK) yang kebetulan seharian kemaren dititipin ke kita berenam. Usai bersih-bersih basecamp, peralatan, dan bersih-bersih diri kini saatnya sarapan. Makan seadanya bersama jagung rebus sisa semalam, lumayan lah buat mengganjal perut. Saat itu kami pulang nggak naik kapal Kerapu lagi melainkan naik kapal Bisma, karena saat itu kami mengejar waktu sholat jum’at sehingga direncanakan sampai Jakarta sebelum jam 12. Fine...kini saatnya kami benar-benar harus meninggalkan pulau Tidung dengan jembatan keberaniannya (lirik ke Isma). Walaupun tiketnya agak mahal dari tiket sebelumnya waktu naik kapal Kerapu dan kapalnya juga lebih lambat dari kapal Kerapu, namun kami tetap menikmati perjalanan pulang kami. 
TEROMBANG-AMBING DI TENGAH LAUT
Duduk di sisi luar sebelah atas kapal sambil melihat pemandangan laut yang luarrrr biasa indahnya ternyata mengasyikan, ditambah semilir angin laut yang seakan me-ninabobok-an kami, bikin ngantuk! Kapal itu secara perlahan namun pasti membawa kami menjauh dari pulau Tidung, jembatan yang kami namakan jembatan keberanian itu juga semakin lama semakin mengecil hingga tak terlihat lagi. Kini kami benar-benar berada di tengah laut yang jauh dari pulau Tidung maupun pulau Jawa, walaupun selama perjalanan kami juga melihat pulau-pulau kecil yang menjadi bagian dari kepulauan seribu. Hingga akhirnya terlihatlah bangunan-bangunan besar di depan mata kami, ya...kami mulai melihat penampakan dari pulau Jawa terutama Jakarta. Terlihat dengan banyaknya gedung-gedung pencakar langitnya dan bangunan yang waaahh, sangat berbeda dengan Tidung yang lebih banyak menyuguhkan pemandangan hijau yang tentunya tidak didapatkan di kota batavia. Haduh...sediiihhh!!! Kini kami benar-benar sampai di Muara Angke tepatnya di pelabuhan lama, bau ikan itu mulai tercium lagi lebih tepatnya bau khas Muara Angke. Hmmm....luar binasaaaa!!! Sesampainya di Muara Angke kami kemudian naik angkot, angkot yang kami tumpangi itu sopirnya kereeenn banget. Main salip sana-sini udah kayak Donitata, mungkin aja kalau bapak sopirnya agak mudaan dikit udah jadi pembalap tuh! Hahahhaa... setelah bersalip-salip ria bersama angkot, kami kemudian naik busway menuju masjid Istiqlal.
Berhubung waktu itu udah hampir jam sholat jum’at dimulai jadi kami memutuskan untuk sholat disana sekaligus mampir istirahat. Sambil nungguin kaum adam sholat Jum’at, aku sama Rista menggembel di depan masjid tepatnya pelataran. Ngapain? Jawabannya nungguin barang, berasa aneh banget waktu itu soalnya tiap ada orang lewat langsung ngeliatinnya dari atas ke bawah trus ke atas lagi. Mungkin orang-orang yang lewat itu memastikan bahwa kami menapak ke tanah jadi mereka yakin kalau kami itu bukan makhluk jadi-jadian (sekali lagi kalau Rista baca ini pasti bawelnya kumat trus ada pesan masuk di HP saya tertanda RISTA). 
Nggembel didepan ISTIQLAL...
Terlebih kami berenam dikirain orang yang mau demo lantaran jaket kami sama (baca: jaket kelas warna item). Selesai sholat Jum’at baru terasa laparnya, akhirnya kami memutuskan untuk mencari tempat makan dan kami memilih makan ketoprak di depan Istiqlal ditemani es cendol. Seruu...lucuuu...dan kenyang!
Setelah kenyang kami lanjutkan perjalanan, awalnya sih pengen mampir ke Monas waktu itu tapi kondisi kami berenam terlalu capek juga hingga kami putuskan saja untuk mampir sekalian singgah semalam di rumah ibunya Isma di daerah Condet dengan menaiki angkot nomer berapaaa...lupa! Sesampainya si rumah Isma terjadi pertemuan yang sangat emosional, pertemuan ibu dan anak benar-benar sangat emosional antara Isma dengan ibunya (kalau dilihat jadi keinget sama program acara transTV termehek-mehek, untung nggak terseok-seok, atau tersedu-sedu hush apaan sih! Serius nih...). Usai melihat Isma berkangen-kangen ria dengan sang ibu, kami berenam masuk ke rumahnya Isma dan disambut dengan suaminya ibunya Isma. Kami mulai berbincang dengan beliau, logatnya campur-campur agak Arab gitu dan ternyata beliau ini guru di Arab sana (kereeeennn... >,<). Tapi jujur, aku benar-benar ora mudeng sama yang beliau katakan ini soalnya campur bahasa Arab. Tau sendiri lah dulu pas SMA pelajaran paling jeblok adalah bahasa Arab, dan sampai 3 tahun berkutat dengan bahasa timur tengah tetep aja nggak ngerti paling banter yang gue tau itu LA=tidak, NA’AM=iya, dan KHAIR=baik (kemampuan dibawah rata-rata -.-a). Oke...cukup sudah menjelek-jelekan kemampuan bahasa Arab saya, kita lanjut ke cerita di rumah Isma. Setelah ngobrol banyak, ibunya Isma menyuruh kami berenam makan makanan yang ternyata sudah disediakan untuk kami. Hal pertama ketika menyantap makanan di rumah Isma adalah Akhirnya makan nasi yang sesungguhnya... gimana enggak? 2 hari berturut-turut makanannya campuran air laut semua dan saat itu akhirnya ketemu nasi yang benar-benar nasi –nasi yang nggak asin. Hehee... :D
Perut kenyang dan selanjutnya adalah mandi,  merasakan mandi yang sesungguhnya mandi! Nggak pake air asin lagi dan tentunya nggak bau! Horeeee...!!! Akhirnya mandi juga, akhirnya seger juga, dan akhirnya bersih juga. Alhamdulillah banget lah pokoknya. Tapi tapi tapi kenapa ini? Tanganku bentol semuaaaaaa.... wawwawawawawawa... kata Rista aku alergi udara, tapi kenapa pas di Jakartanya? Kenapa justru di Jakartanya , bukan di Tidung? Bentol kecil-kecil dan gatal tapi semakin digaruk bentolnya semakin banyak! Paraaaahhh...aku alergi kota Jakartaaaaa!!! Ooooo...tiiidddaaaakkk! :O
Makan udah, mandi udah, seger udah, bentol-bentol udah (loh???) saatnya...ngumpul bareng sekalian itung-itungan duit, menghitung duit yang udah dikeluarin selama beberapa hari yang lalu dari mulai berangkat sampai saat itu dirumahnya Isma. Itung-itungan duit jadi kayak mainan monopoli, hahhaha...semuanya pegang duit trus ntar duit kumpulin sesuai pengeluaran dan dibalikin ke pemilik asal! Seru lah pokoknya, dan aku namakan itu sebagai Politik Monopoli Uang. Ternyata eh...ternyata pengeluaran kita selama beberapa hari itu berkisar 250 ribuan aja looo! Nggak percaya, mari kita liat rekapannya dibawah ini:

Iuran perlengkapan                            : Rp 40.000,00
Beli tiket kereta PP                            : Rp 70.000,00
Naik Busway  Rp 3.500,00 x 3         : Rp 10.500,00
Naik angkot Rp 2000,00 x 3            : Rp   6.000,00
Sewa alat snorkling                           : Rp 35.000,00
Tiket naik kapal Kerapu PP              : Rp 63.000,00
Lain-lain                                           : Rp 15.000,00 (fleksibel)
TOTAL                                           : Rp 239.500,00

Murah dan asik...oiya yang lain-lain itu sifatnya menyesuaikan kantong anda sendiri-sendiri, kayaknya sih total semua pengeluaran segitu (nggak tau deh kalau ada yang keselip atau kelewatan). Dan monopoli uang malam itu menutup hari Jum’at dengan begitu indah tak terkecuali dengan indahnya tidur kami semua... ^^
*sekali lagi maaf hasil jepretan kurang maksimal tapi cukup lah buat dokumentasi with LG GW-300

Senin, 30 Januari 2012

Journey #3: TIDUNG Tralala...Dubidubidam...Dam...Dam

“Mulai sekarang jembatan ini kita namakan...Jembatan Keberanian”
(Kamis, 19 Januari 2012)

Pagi hari sekaligus menjadi hari kedua di pulau Tidung ternyata dingin banget, anginnya semilir bikin merinding kalau kelamaan duduk di luar. Tapi tetep harus bangun soalnya harus menjalankan kebutuhan kita sebagai umat muslim yang taat, sholat shubuh. Usai sholat shubuh perut kami mulai berdangdutan, godzilla di perut juga mulai berontak meminta jatah makanan maka kami putuskan pagi itu untuk memasak. Hmmm...masak mie campur sawi plus jagung manis bakalan jadi menu sarapan kita pagi itu, agak aneh memang tapi rasanya luar biasa banget apalagi menyantapnya di pinggir pantai. Melihat pemandangan indah pantai di sekitar pulau Tidung sambil sarapan bersama emang jadi moment paling berkesan kala itu, terlebih makanannya dicampur pake air laut (lagi). Nggak masalah makanannya apa atau gimana yang penting ngumpul dan tertawa dan tak lupa juga...mengabadikan setiap momentnya dalam jepretan kamera! 
This is it....Mie Jagung Manis Air Laut!!!
Sarapan di pinggir Pantai....
Berbagi Makanan :)
Cuci...Cuci...Cuci...
Rasanya itu yaa...kayak ngebelah langit berlapis-lapis, terbang bareng paus akrobatis menuju rasi bintang paliiiiiiinnnnggggg manisss (iklan G**DD*Y). Usai sarapan langsung cabut buat jalan-jalan ke Tidung kecil, melewati jembatan cinta untuk yang kedua kalinya. Tidung kecil yang nggak begitu jauh dari Tidung besar itu ternyata penghuninya yang berupa orang Cuma dikit tapi penghuninya yang berupa nyamuk alamaaaakkk...berjibun! Banyak banget....
Puas jalan-jalan ke Tidung kecil, kami memutuskan kembali ke basecamp buat persiapan snorkling, horeeeeee....snorkling (padahal nggak bisa renang, sok-sokan mau snorkling). Tapi kapan lagi bisa snorkling kayak gini kalau nggak di Tidung? Udah jauh-jauh kesana kalau nggak liat keindahan bawah lautnya itu....percuma! jadi kalau kesana wajib nyoba snorkling, liat-liat ikan warna-warni. Dan ternyata murah loh...Cuma 35 ribu aja kok dan itu sepuasnya, bandingin aja kalo ke Bali...50 ribu cuuuyyyy dan waktunya dibatasi! Okee...sebelum nyebur ke laut lebih asik kalau foto-foto dulu, tujuannya sama yaitu biar bisa dijadiin oleh-oleh temen-temen di Jogja ntar sekaligus manas-manasin mereka biar ngiri (jahat...jangan ditiru, don’t try this!). mulailah kami berenam melanglang buana ke tengah laut sambil liat-liat kehidupan di bawah sana...sumpaahh demi apapun itu indah banget!!! Rista aja nggak henti-hentinya teriak saking kagumnya, Isma dengan gaya renangnya yang kecipukan nggak karuan kakinya kemana-mana, Jarot yang udah TOP banget renangnya, Udin yang nyari-nyari ikan biru, Pras yang nemuin ular laut, dan aku...yang masih trauma kalau renang tanpa pelampung! Sediiihh tapi bahagia! Setelah puas ngasih makan ikan, akhirnya kami menyewa perahu nelayan yang kebetulan lagi ngganggur. Cukup membayar 20 ribu untuk dipake selama 2 jam, asik juga ternyata tapi mendayungnya kayaknya capek (pake kata ‘kayaknya’ soalnya yang mendayung si Isma jadi nggak tau deh rasanya kayak apaan) hahhahaa... Puas menyewa perahu, Jarot punya ide yang lebih gila lagi, “Ayo terjun dari jembatan cinta, kayaknya asik!”. Orang pertama yang menentang usulnya Jarot adalah Isma, awalnya mereka semua ragu tapi akhirnya mau juga setelah sekian lama dibujuk sama Jarot dan dijanjiin bakalan difoto, dan sayalah yang kebagian peran jadi fotografer dadakan soalnya saat itu nggak memungkinkan buat gue terjun yaudah deh...duduk manis aja sambil bawa kamera. Hahhahaa... Satu persatu dari mereka mulai terjun dari jembatan, dimulai dari Jarot dengan gagah beraninya terjun, diikuti oleh Pras yang juga keren banget terjunnya walaupun sebenarnya nahan sakit tapi nggak mau bilang, dan si Udin. Nah...pas si Udin terjun wajahnya pada awalnya datar banget saat nyampe ke bawah tapi lama-kelamaan mukanya berubah kesakitan sambil teriak kenceng banget “bokoooooonnnggggkuuuuuuuuuu....” wkwkwkkw... pantatnya kesakitan gara-gara salah posisi pas terjun, harusnya kaki duluan yang mendarat eeehhh... Udin malah bokongnya duluan yaudah deh...korban bokong! Pras yang ngeliat Udin kesakitan langsung ketawa bahagia, paling bahagia! Hahahhahaha...yang terjun selanjutnya adalah Rista yang barengan sama Jarot, tetap dengan ekspresi super histerisss!!! Dan sekarang...tinggalah Isma yang masih pegangan di tiang Jembatan dengan wajah ketakutan dan keraguan campur kegalauan antara mau lompat atau enggak! Kalau dilihat kayak orang mau bunuh diri, tiap udah mulai menghitung 1....2....3....sseeeetttt langsung pegangan tiang. Begitu terus sampe berjam-jam, yang paling capek itu aku pegangin kamera memantau dari bawah buat siap-siap njepret tapi nggak jadi-jadi lompat. Sampai-sampai tiap Isma pengen lompat selalu teriak “super sayaa empaaaattt...!!!”, nggak tau juga tuh artinya apaan mungkin semacam mantra yang didapet dari bertapa tiap hari di Gunung Kidul mungkin! Hahhahaa.. 10 minutes later... 50 minutes later.... Isma memutuskan untuk lompat dari batu yang tingginya Cuma setengah meter dan berhasil, horeeeee!!! Tapi pas kembali naik ke jembatan dan mulai lompat, endingnya nggak jadi lagi. Dan akhirnya Isma menyerah, nggak berani lompat. Dari situlah kami menobatkan jembatan itu sebagai sebuah jembatan keberanian. Hahahhaa... ^^,
Stelah bercapek-capek ria maen-maen di laut, kami kembali lagi ke basecamp! Bersih-bersih badan sekalian masak buat makan siang! Menu siang itu nasi air laut sama sarden, komentar tentang makanannya tetap sama yaitu ENAAAAKKK!!! Mantap lah pokoknyaa...soalnya laper sih! Setalah makan, anak-anak cowok memutuskan untuk tidur di depan polsek dibawah pohon rindang sedangkan aku sama Rista mencatat keuangan yang dikeluarkan selama perjalanan. Ngeliatin para anak cowok tidur beralaskan sleeping bag itu berasa kayak ngeliatin ikan asin di jemur! Wkwkwkwk...lucu sampai tiap ada orang lewat pada ngeliatin trus komentar. Disitu pula anak-anak cowok menjalankan sholat Ashar berjamaah, subhanallah banget yak! :D
Sholat Ashar Berjamaah...
Ikan Teri Dijemur (dari kanan ke kiri: Pras, Jarot, Isma, Udin)
Sore itu kami memutuskan untuk jalan-jalan lagi menuju ke arah jembatan tapi belok dikit buat liat sunset sambil terus gencar mengabadikannya di dalam bidikan kamera. 
Sunset Sore Itu :)
Sunset Dalam Genggaman
Tapi sebelum hari itu gelap, kami harus kembali ke basecamp dan mengangkut barang-barang kami keluar untuk mendirikan tenda, ya...malam itu kami berencana untuk tidur di tenda. Usai mendirikan tenda yang nggak lebih dari 10 menit, kami mulai memasak. Masakan malam ini adalah mie jagung manis campur sarden. Rencananya sih kita pengen bakar-bakar jagung, tapi nggak jadi soalnya takut ntar kurang. Rasanya nikmaaatttt bangeeeettt...tapi mulut capek buat ngunyah! Perut kenyang dan dilanjutkan tidur, merebahkan diri beristirahat untuk kepulangan kita besok kembali ke Jakarta...
*Semua jepretan diambil pake kamera HP LG-GW300 (sorry hasil kurang memuaskan) ^,^

Journey #2: TIDUNG Tralala...Dubidubidam...Dam...Dam

“Kami putuskan ke pulau TIDUNG!!!”
(Rabu, 18 Januari 2012)

Tiba juga di stasiun tujuan Pasar Senen, seneng sih...akhirnya nyampe juga setelah 10 jam terkurung di dalam gerbong berjalan (baca: kereta) tapi tapi tapi...jam 3 pagi!!! Haloooo...plis deh jam 3 pagi di stasiun mau ngapain? Ke kamar mandi aja nggak bisa soalnya masih dikerangkeng dan kerangkengnya dikunci, heran deh masa’ toilet pake dikunci segala? Mungkin takut bak airnya dicolong kali ya...(lagian siapa juga yang mau nyolong bak mandi? Kurang gawean...). Pengen tiduran di mushola tapi musholanya juga ikutan digembok ya udah deh...tiduran aja di peron stasiun sekalian nungguin adzan shubuh. Bener-bener ngerasain kayak gembel waktu itu, gimana enggak coba? Udah nggak mandi, bawaan segede karung beras, ditambah lagi ngesot-ngesot di peron stasiun tapi masih untung sih...untung aja nggak ditendang satpam! Ngomong-ngomong nih ya...tiduran di peron ternyata horor juga, gimana enggak dimana-mana ketemu nyamuk yang bunyinya aja ngalahin helikopter. Mungkin kalau aku genap seminggu tiduran di stasiun, balik Jogja bakalan kena anemia akut atau paling mentok badan tinggal tulang belulang aja...oooooo tidddaaaakkk!!! Tapi nggak papa deh...itung-itung bagi-bagi darah bagi para nyamuk kelaparan, bukankah kita sebagai manusia diciptakan untuk saling berbagi dan memberi? (jadi ceramah...). 
Setelah hampir 1 jam lebih bengong nggak jelas sekalian bagi-bagi darah, akhirnya terdengar juga adzan shubuh dan yang paling menakjubkan itu...kamar mandi akhirnya terbuka juga!!! Alhamdulillah yah...sesuatu banget! Gimana nggak sesuatu? Muka udah lengket banget waktu itu pengen cepet-cepet ketemu air trus cuci baju...eh maaf cuci muka! Hhahaaahaha... setelah sholat shubuh, berdo’a, dan meminta pertolongan agar selamat sampai tujuan kita selanjutnya...kita putuskan untuk keluar dari stasiun. Aku kirain tujuan kita selanjutnya waktu itu makan...eeeehhh ternyata mampir dulu ke loket buat beli tiket untuk kepulangan kita besok ke Jogja. Aje gileee...sepagi itu aja antriannya Subhanallah....BANYAK dan PANJAAAANGG padahal loketnya aja masih jam 7 bukanya padahal waktu itu masih jam setengah enam pagi. Yang jadi pertanyaan, tuh orang-orang datang kesini dari jam berapa sih? Niat bangeeeettt... Yah, terpaksa bengong dan menunggu adalah kerjaan kami sembari nunggu loketnya dibuka. Rencana awal kita mau balik ke Jogja pada hari Minggu kuturut ayah kekota, tapi tiketnya abis diborong sama orang-orang mudik Imlek, ya udah deh...akhirnya pulangnya kita undur hari senin (waduuuh....mau ngapain nih di Jakarta kalau pulangnya hari senin?). Oke...tiket udah ditangannya Isma, tujuan selanjutnya ke shelter busway! Waktu itu pas jamnya orang masuk kerja jadi busway-nya penuh terus, isinya manusia semua dan busway pun tiba...aku, Rista, Jarot, dan Pras langsung masuk ke busway. Si Udin sama Isma ketinggal di shelter soalnya udah nggak muat, liat ekspresinya Udin waktu itu sumpah bikin ketawa ngakak. Ekspresinya waktu itu campuran antara capek, nggak percaya, shock, terkejut, dan...melongo! susah dideskripsikan tapi kalau inget bikin ngakak! Setelah terpisah di busway dengan mereka berdua akhirnya ketemu lagi di shelter busway Jelambar, rona muka bahagia campur terharu tampak diwajah mereka berdua...kalau dilihat itu kayak anak panda yang akhirnya ketemu sama induknya setelah udah lamaaaa banget dipisahin (saya yakin 100%, Udin sama Isma kalau baca ini bakalan mencak-mencak ora karuan-lebay). Cukup membahas soal perpisahan dan pertemuan di shelter busway, tujuan selanjutnya waktu itu adalah nyari angkot untuk menuju ke Muara Angke! Nggak perlu waktu lama buat nyari angkot, tinggal jalan sebentar dan ketemu angkotnya langsung dan nggak usah tawar-menawar...langsung naik! Jalanan Jakarta waktu itu...MACET dan itu bukanlah hal yang aneh dan ajaib lagi karena tiap hari juga keadaannya kayak gitu, kalau Jakarta sepi dan longgar...itu baru ajaib! Lama juga di angkot bikin panas dan keringetan...tambah keringetan lagi pas tau keadaannya si Muara Angke itu kayak gimana, BANJIR dan BAU!!! Sumpah demi apapun...saya benci bau ikan! Rasanya pengen muntah beneran waktu itu, untungnya nemuin minyak kayu putih di tas jadi nggak bau-bau banget. Turun di Muara Angke baunya udah agak mendingan, soalnya agak jauh juga dari pasarnya. Setelah turun dari angkot yang udah membawa kita semua ke wilayah antah berantah baunya...langsung aja kita semua bagi tugas. Aku, Rista, sama Udin kebagian belanja kebutuhan kita semua selama disana. Sedangkan Pras, Jarot, dan Isma nyari-nyari info tentang penyebrangan kita ke pulau seribu. Ini moment paling menguras batin dan emosi, saat belanja kami bertiga melewati jalan yang...wowww sekalinya baunya. Wangi ikan dan bangkai ikan...bikin perut terasa dibolak-balik pengen muntahin semua isi perut! Nggak tahan sama baunya akhirnya Cuma bisa tutup hidung  dan ternyata nggak Cuma aku aja yang pengen muntah, si Rista juga...tuh anak nggak tahan juga sama bau ikan. Jadilah aku sama Rista kayak ksatria bertopeng menembus wewangian yang beeeuuuuhhh....memuakkan! Lain halnya sama si Udin, cowok berponi yang satu ini tahan banget sama bau kayak gituan, pertanyaan: kok bisa sih? Perjuangan melewati medan yang mungkin berhasil mengubah bentuk epitel hidung saya tersebut akhirnya membuahkan hasil, balik lagi ketempat semula dengan membawa berplastik-plastik bahan makanan...mulai dari sarden, sayuran, dan... JAGUNG! Yeyeyeyee...bisa bakar-bakar jagung rame-rame, 10 ribu dapet 6! Hahahahaha....GILA! Berbeda dengan kita bertiga yang harus menerjang badai ikan dimana-mana, ketiga teman kami yang lain malah enak-enakan makan buah segar! Haduh...buah segar enak banget kayaknya waktu itu. Tapi apapun itu yang terpenting kita harus secepatnya menuju ke pelabuhan baru buat nyebrang ke kepulauan seribu, awalnya kita niatnya mau jalan aja menuju ke pelabuhan tapi banyak orang sekitar yang bilang kalau pengen menuju kesana itu jauh. Niat awal buat jalan kaki seketika langsung lenyap kala tau kalau tempatnya jauh, kita putuskan buat naik odong-odong. Pikiran yang pertama kali muncul saat denger kata odong-odong, langsung melayang ke mainan anak-anak itu tapi ternyata SALAH BESAR! Odong-odong disini semacam kendaraan umum mirip gerobak tapi ada tempat duduknya tapi nggak mirip gerobak juga sih...jadi gimana dong? Yaa...gitu lah! Dengan merogoh kocek sebesar 10 ribu rupiah saja kita sampai juga di pelabuhan baru. Horeeeee.....akhirnya! Nggak usah mikir-mikir lagi kami langsung menuju ke loket, pengennya langsung beli tiket tapi ternyata loket baru dibuka pas jam 12 nanti, yaudah deh...terpaksa NUNGGU LAGI –pekerjaan yang sudah menjadi kebiasaan selama disana. Selama nungguin loketnya dibuka, seperti biasa lah kalau anak-anak muda pada ngumpul trus disitu ada kamera apalagi kalau enggak foto-foto, bernarsis ria di depan lensa, mencari objek untuk dijadikan background dan ceprak-ceprok sana-sini (bunyi kamera). Dan ternyata udah jam 12, langsung aja kami semua ngantri di loket buat beli tiket. Tujuan kami waktu itu kami putuskan untuk ke pulau Tidung (nama yang aneh...kayak lirik lagu burung kakaktua), kenapa ke Tidung? Soalnya disitu katanya ada jembatan cinta jadi kayaknya menarik aja dibandingkan pulau-pulau yang lainnya! Oiya...biasanya kan kalau mau naik kapal langsung naik aja dan tiketnya baru diambil nanti. Tapi beda kalau disini...disini itu nama penumpangnya dipanggil satu persatu sambil ngasihin tiket, baru boleh naik! Hehe...berasa kayak anak TK kalau mau masuk kelas, dipanggilin namanya satu-satu. Selama perjalanan naik kapal motor, nggak henti-hentinya kami semua berdecak kagum, kecuali saya...karena saya memilih untuk tidur! Lumayan gan 1,5 jam perjalanan buat tidur, capek sih! Wkwkwkwk... nggak nyangka udah nyampe ke pulau impian. 

Pulau itu Bernama Tidung
Pertama kali saat nyampe ke pulau itu adalah WOOOOOOWWWWWW.... nggak percaya pulaunya sebagus itu, kalau kata Rista “Krakal, Baron, Kukup, Indrayati...lewat lah pokoknya!”. Intinya cukup menggantikan perasaan kecewa karena nggak jadi Karimun lah...MANTAP! Setelah turun dari kapal, kami langsung memboyong barang-barang bawaan berjalan menuju ke kepala desa sekitar untuk minta ijin mendirikan tenda. Tapi kata bapak-bapak yang kebetulan sedang duduk disana, kita harus jalan dulu soalnya jauh...okelah kita ngikut aja kata-kata bapak tadi. Tapi setelah cukup lama jalan nggak nemu-nemu kantornya ya? Akhirnya kita putuskan untuk istirahat dulu, kebetulan ada anak-anak kecil lagi maen disitu. Jarot ngobrol-ngobrol sama anak-anak tersebut sedangkan yang laen tetep sibuk dengan aksi mereka di depan lensa. Betapa mengejutkan ketika anak-anak itu bilang kalau kantor kepala desanya itu berada di pas kita turun dari kapal tadi, haduuuhh...nggak mungkin juga jalan lagi balik kesana! Tapi kabar gembiranya kalau dideket situ ada kantor polisi jadi bisa ijin disana...syukurlah. Lanjut lagi jalan kaki dan ternyata benar...ada kantor polisi disana, terpampang tulisan besar POLSEK KEP. SERIBU SELATAN. 
Tapi kok...sepi banget ya? Tapi terdengar musik disetel kenceng banget dari arah dalem gedung tersebut, tambah bingung lagi pas liat ada 2 orang laki-laki duduk didepan kantor Cuma pake kaos doang! Trus...polisinya mana nih? Di depan kantor polisi tersebut kami berenam Cuma bisa celingukan mencari-cari bapak-bapak berseragam polisi tapi hasilnya nihil. Hingga akhirnya diputuskan untuk nanya ke 2 orang mas-mas di depan tadi, yang nanya Rista, Jarot, sama Pras, sedangkan aku, Isma, sama Udin nungguin di depan. Setelah mereka nanya ini itu ke mas-mas tadi baru kami semua tau kalau ternyata si mas-mas tadi itu polisi yang bertugas di daerah itu. Eee..busyet dah! Polisi tapi pakaiannya nyantai banget yak? Ajaiiibbb...kereeeenn...langka! Dan yang paling mantap kalau kami dibolehin buat bikin tenda disana, tapi disarankan untuk bikin tendanya di sekitar kantor polisinya aja. Baiklaaahh...usai melobi kedua bapak polisi yang nyentrik tadi kami berenam menuju ke masjid buat sholat dan bertemulah kami dengan 2 orang bapak-bapak disana. Sambil nanya-nanya ini itu kami ngobrol dengan bapak tua tersebut, alhamdulillah...bapaknya baik nawarin ini-itu ke kita berenam walaupun pada akhirnya kami nggak berminat, tapi terima kasih atas kebaikannya. :)

Basecamp Gratisan...
Usai sholat, baru nyadar kalau perut mulai keroncongan maklum aja sejak pagi belum makan. Oke...kami putuskan untuk memasak di depan polsek sore itu. Berhubung udah keburu laper kita masak mie goreng dan nasi tapi...airnya gimana nih? Perlu diketahui aja kalau air tawar disana itu menjadi barang yang susah didapetin, kalaupun ada itu mahal banget...benar-benar mahal. Satu liter air tawar aja harganya 7000 rupiah, kalau disini air segitu cuma bisa buat apa coba? Jadi hidup disana itu kalau mau ngapa-ngapain mau nggak mau pake air asin yang kalau buat cuci muka bikin pedih di mata tapi nggak pedih di hati... *gombal hahhahaha. Termasuk juga kita, masak nasinya pake air laut. Itu pertama kalinya saya makan nasi yang dicuci pake air laut, tapi rasanya... asin-asin gimanaaa gitu! Enak! Yakin deh...nggak percaya? Buktiin aja tapi awas jangan keseringan ‘ntar kecanduan (mengutip kata-kata Jarot). Sembari nungguin makanannya matang, ternyata bapak polisi tadi nyamperin kami ngajakin ngobrol. Dia cerita ini-itu tentang pengalamannya dulu sampai ditempatkan di pulau itu, seru banget dan yang jelas orangnya baik dan welcome sama kehadiran kita yang cenderung merepotkan. Saking baiknya, kami berenam disuruh tidur di polsek trus kalau mandi disuruh di kamar mandi belakang polsek, dan kalau pengen air tawar bisa ambil di galon yang ada di dalem polsek. Waduuhh...jadi nggak enak ini tapi lumayan deh! Hehe... :) Saking asiknya ngobrol sama bapaknya sampe lupa sama nasi air laut dan mie goreng yang udah dimasak, yaudah deh...stop dulu ngobrolnya dan kita makan bersama! Sederhana namun istimewa, kenapa? Soalnya udah kelaperan dari tadi... wkwkwkwk! Usai makan nasi asin air laut, kami berenam jalan-jalan sore menuju jembatan cinta karena saking penasarannya dengan jembatan tersebut. Selama di jembatan seperti biasa...narsis di depan kameranya itu jadi hal utama dan diprioritaskan, sebagai dokumentasi buat dipamerin ke temen-temen di Jogja! Hahahhaha...paling asik itu pas liat sunset, detik-detik menunggu sang mentari kembali ke peraduannya memunculkan semburat berwarna kuning-oranye sekaligus menandakan bahwa inilah waktunya sang kelelawar keluar mencari makan dan kami kembali ke basecamp (sebut: polsek) tapi sebelumnya mampir dulu di masjid buat sholat maghrib. Sampai polsek itu...capek! Tapi harus tetep semangat mendirikan tenda petang itu, eeehh...ternyata sama polisinya ditegur soalnya kita mendirikan tendanya malem-malem jadilah kita nginep di polsek malem ini. Satu ruangan buat berenam, tidur dengan posisi sembarangan dan kalau dilihat mirip pepes bandeng yang udah nggak karuan bentuknya. Ya gimana mau berbentuk...seharian lebih nggak mandi!!! Tapi tetep mencoba untuk tertidur pulas, menyiapkan tenaga untuk beraksi kembali di esok hari dan berharap semoga hari esok lebih menyenangkan dan banyak kejutan yang menunggu.... :)
Oleh-oleh sunset dari saya, maaf gambar kurang sip! Gambar diambil pake kamera LG-GW300, monggoo...