Jumat, 25 Agustus 2017

DRAMA KOMEDI GUSTI

Aku adalah wayang dalam pertunjukan 'pentas drama Gusti' sejak 26 tahun yang lalu. Aku adalah wayang yang tak punya kuasa apapun atas diriku dan nasibku. Aku adalah wayang yang mengikuti setiap skenario Gusti yang menggerakan 'kayu-kayu' yang terpasang di tubuhku. Aku adalah wayang yang sudah diberikan 'peran' atas diriku dan hidupku. Iya, peran. Peran menjadi sesosok wayang yang kadang menjadi 'tontonan' yang menyenangkan atau bahkan mungkin menjadi 'tontonan' yang membosankan.

Aku ini cuma wayang. Aku bisa apa atas diriku dan hidupku? 
Aku bisa menjadi sosok yang gagah dengan alur cerita heroik dan pemberani.
Aku bisa menjadi sosok yang menyebalkan, jahat, hingga setiap orang memandang jelek terhadapku.
Aku bisa menjadi sosok yang lembut dan penuh kasih sayang.
Aku bisa menjadi sosok yang ceria, penuh tawa, dan menghibur banyak orang.

Aku ini cuma wayang. Aku bisa apa atas diriku dan hidupku?
Ketika sosok Rahwana adalah peran yang harus kumainkan, orang telah mempunyai 'label' sendiri atas sosok Rahwana. Aku terima itu.
Ketika sosok Limbuk adalah peran yang harus kumainkan, orang juga telah tau sosokku akan seperti apa.Setiap orang berhak menilaiku, toh aku hanya memainkan peranku di drama 'pementasan' ini.

Aku ini cuma wayang. Aku bisa apa atas diriku dan hidupku?
Aku menjalani peran agar 'penonton' tertawa puas atas penampilanku, kemudian Gusti memberikan "reward" yang pantas atas pertunjukan itu. Ya, "reward" yang pantas...paling tidak aku dipakai lagi dalam 'pentas drama' selanjutnya.

Tapi taukah, bahwa aku cuma wayang yang hanya bisa menerima setiap peran dari Sang Gusti?
Apalah aku yang tak mampu teriak bahkan memberontak untuk setiap peran yang tak sesuai dengan hatiku.
Apalah aku yang hanya bisa pasrah mengikuti 'gerak tangan' Gusti dalam pertunjukanku.
Apalah aku yang hanya diciptakan untuk 'kebahagiaan' orang sekitarku bahkan mengesampingkan apa yang sebenarnya ku rasakan.
\
Toh aku cuma wayang dalam sebuah pentas.
Drama komedi Gusti. Aku menyebutnya demikian, karena banyak hal di luar nalar yang hingga saat ini sulit kupahami. Skenario pentas yang seringkali di luar pikiran nalarku.


Tapi, apalah aku...
Aku ini cuma wayang. Aku bisa apa atas diriku dan hidupku?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar