Rabu, 26 Desember 2018

Eccedentesiast

Manusia yang hidup dalam topengnya seolah isi hatinya dipermainkan oleh ulasan senyum di wajahnya. Begitu banyak hal yang ada di dalam hatinya, namun tidak semua hal tersebut harus diumbar ataupun harus diperlihatkan. Senyum yang merekah indah di bibirnya, bukan berarti kebahagiaan menyelimuti hatinya. Namun dunia menginginkannya. Dunia menginginkan senyum indahnya. Dunia tak peduli betapa perih hatinya, betapa pedih perasaannya.

Manusia yang hidup dalam topengnya memang merasakan apa itu "bahagia", meski kebahagiaan dalam arti sesungguhnya hanya cukup ia simpan dalam hatinya. Pikirannya tak pernah lepas dari bagaimana cara membahagiakan hatinya dan bagaimana agar dunia mengetahui apa yang ia inginkan. Namun lagi-lagi senyum menutupinya. Menutupi kegundahannya dalam garis bibirnya menyungging ke atas.

Manusia.
Makhluk lemah yang pandai memainkan peran.
Makhluk yang pandai menutupi isi hatinya.
Betapapun ia pandai berbahagia dan bersuka cita, toh nyatanya tak kuasa ia menahan bulir hujan yang menetes di pelupuk matanya.
Hujan sesaat di malam yang pekat.
Seakan tenggorokan tercekat.
Menahannya untuk berteriak.
Jangankan berteriak, berucap pun ia tak akan sanggup.
Berat.

Minggu, 16 Desember 2018

SORE

Sore itu...
sekitar jam 3 sore,
selepas adzan ashar,
terdengar suara dari bilik jendela tempat biasa kuhabiskan lima hariku dalam seminggu...
kusibak gorden jendela lantas kulihat air berhamburan turun dari langit Jogja yang tak secerah kemarin,
mataku terpaku,
pandanganku menatap hujan sore itu,
Ahhh... sore ini hujan
mungkin nanti tak kulihat lagi senja di sisi barat sana
bagaimana mungkin kulihat senja,
langitpun menggelap menutupi langit sore yang biasanya kulihat...


Sore itu...
sembari menatap hujan,
kuabaikan apa yang ada didepanku,
lebih indah dan syahdu ketika aku menikmati rintik hujan yang tak terasa semakin lama semakin deras,
pernah sekali kudengar cerita atau mungkin kubaca cerita,
entahlah...
tapi intinya tentang hujan...
hujan adalah saat ketika malaikat-malaikat dikirimkan Tuhan ke dunia untuk mendengar doa setiap hambaNya,
seketika sore itu aku takjub membayangkan setiap air yang jatuh adalah malaikatNya,
seketika sore itu aku berdoa...
diam dengan mata terpejam sejenak,
lalu kuakhiri dengan gumam di bibirku mengatakan "aamiin"


Terlalu sederhana yang kulakukan,
bahkan usaha yang kulakukan hanya sebatas itu,
sebab mengubah apa yang terjadi pun adalah hal paling tidak mungkin terjadi,
mengubah sore dengan langit hitam yang menakutkan
menjadi sore dengan langit senja yang selalu menyenangkan


Senja adalah cara sore mengungkapkan cintanya kepada langit,
sebagaimana hujan adalah cara langit mengungkapkan cintanya kepada bumi,
lantas AKU?

Kamis, 23 Agustus 2018

#SecangkirKopi

Aku memang bukan penyuka kopi
namun yang kutahu, aroma kopi selalu menyenangkan
Aku juga bukan penikmat ulung dari berbagai jenis kopi di dunia ini
namun yang kurasa, kopi selalu berhasil menenangkan

Dari secangkir kopi yang ku seruput pagi ini
Entah kenapa secangkir kopi selalu terasa berbeda
Iya, berbeda dari biasanya
Biasanya aku menikmatinya di sisi jendela
Sambil menikmati pemandangan di luar sana

Pemandangan yang selalu nampak indah
dan tak henti-hentinya ku berpaling darinya

Dari sisi jendela
aku menikmati arti menyimpan
menikmati sendirian
kemudian,
tibalah kenyataan

Mengenai secangkir kopi...
lagi lagi dan seterusnya tentang secangkir kopi
dengan aroma yang khas

Iya...
aroma secangkir kopi...
yang selalu menyenangkan untuk dinikmati....

Kamis, 12 Juli 2018

FENOMENA (SUSU) KENTAL MANIS

Dalam kurun waktu dua pekan ini, Indonesia dihebohkan dengan pemberitaan mengenai susu kental manis yang ternyata tidak ada kandungan susunya. Padahal susu kental manis telah beredar lama di Indonesia, namun mengapa pemberitaan ini baru heboh sekarang? Hampir sebagian besar masyarakat menyalahkan pemerintah atas kelalaiannya mengenai produk yang cukup terkenal ini. Akan tetapi sedikit dari mereka yang nyatanya tidak koreksi diri sendiri terlebih dahulu.

Kita sebagai konsumen, hendaknya juga lebih teliti dalam memilih suatu produk. Jangan sepenuhnya menyerahkan kepercayaan kita kepada Badan Pengawasan Obat dan Makanan. Kita sebagai konsumen juga berperan dalam hal memilah dan memilih produk yang dirasa baik atau buruk untuk digunakan. Sederhananya seperti ini, banyak sekali konsumen yang memilih suatu produk karena "brand" atau mereknya saja. Tanpa mempedulikan bagaimana komposisinya atau bahkan tanggal kadaluarsanya. Padahal kedua hal tersebut sangat vital sekali dalam pemilihan suatu produk, terutama makanan. 

Sering juga khalayak dihebohkan dengan makanan import yang mengandung babi. Nah, disini perlu ketelitian konsumen untuk memahami produk-produk import. Kalau memang ragu, ada baiknya tidak usah dibeli. Terkadang konsumen membeli hanya karena gengsi karena si A pernah mengonsumsi produk tersebut, kemudian tertarik untuk ikut membeli. Hello... be smart, people! Jangan hanya mengedepankan gengsi hingga mengesampingkan kesehatan diri sendiri.

Kembali lagi ke susu kental manis yang tidak ada kandungan susunya. Banyak sekali kaum ibu-ibu alias emak-emak menyayangkan adanya fakta tersebut. Mereka merasa tertipu dengan produk yang selama ini mereka konsumsi ternyata hanya mengandung gula saja. Banyak dari kaum ibu-ibu berdalih, bahwa anaknya sering dibuatkan susu tersebut. Kemudian rasa takut menyelimuti hati kaum ibu-ibu tersebut. Hal ini wajar, sebab seorang ibu pasti menginginkan hal terbaik untuk buah hati mereka.

Namun, jika kita berbicara fakta. Banyak sekali ibu-ibu yang justru menambahkan gula saat membuatkan susu untuk anak-anak mereka -dalam hal ini adalah susu bubuk. Bukankah ini juga berpengaruh pada kesehatan anak mereka juga? Coba cek kembali kebutuhan gula pada anak di bawah usia 5 tahun! Kemudian, berapa kali dalam sehari mereka membuatkan susu untuk anak-anak mereka? Apakah sudah seimbang? Atau bahkan berlebihan?

Hal inilah yang seharusnya digarisbawahi, terutama bagi ibu/calon ibu. Hal sepele yang banyak diabaikan, pengaruhnya sangat besar bagi kesehatan buah hati mereka. Selain itu juga secara umum adalah untuk para konsumen, coba cek kembali produk-produk yang sering kalian gunakan! Adakah yang janggal atau mungkin tidak sesuai?

Jangan melulu menyalahkan si Susu Kental Manis yang tidak ada kandungan susunya. Toh juga dari dulu nasi kucing tidak pernah kita temukan ada kucingnya (hehe...)

Kamis, 05 Juli 2018

TERBUNGKAMNYA SUARA MAHASISWA

Sumpah Mahasiswa Indonesia:
Kami mahasiswa Indonesia bersumpah,
bertanah air satu, tanah air TANPA PENINDASAN.
Kami mahasiswa Indonesia bersumpah,
berbangsa satu, bangsa yang gandrung akan KEADILAN.
Kami mahasiswa Indonesia bersumpah,
berbahasa satu, bahasa TANPA KEBOHONGAN.


Kemanakah Mahasiswa?
Sebait sumpah mahasiswa yang kerap kita dengar saat orasi mahasiswa yang menuntut keadilan negeri, terakhir kali kudengar beberapa tahun yang lalu. Lantas, kemanakah mahasiswa Indonesia saat ini? Sedangkan kami rakyat Indonesia membutuhkan kalian untuk menyuarakan keadilan yang sudah lama tidak kami dapati. Para mahasiswa Indonesia yang bangga dengan jaket almamaternya, kemanakah kalian disaat tangisan mulai terjadi di seluruh pelosok negeri. Kemanakah para agen perubahan itu sekarang? Adakah suara kalian dibungkam?

Sebagai The Agent of Change, kalian seharusnya bertindak sebagai seorang yang kritis pada fenomena negeri yang semakin lama semakin menyayat hati ibu pertiwi. Kalian seharusnya gerah dan cemas atas perubahan yang nyatanya meruskan jati diri bangsa ini. Telah banyak pembodohan dan ketidakadilan yang terjadi di negeri ini. Itulah mengapa, kalian seharusnya memiliki opini untuk mengembalikan dan mengubah semua ini.

Peran mahasiswa sebagai Social Control terjadi ketika kalian menemui suatru hal yang ganjil. Kalian seharusnya memberontak terhadap kelaziman atas birokrasi yang semakin bobrok. Kalian seharusnya memulai menyadari bahwa apa yang terjadi di negeri ini sudah saatnya diperbaiki, bukan hanya sekedar diamati. Bukan hanya turun ke jalan atau sekedar berteriak-teriak di jalan-jalan protokol saja yang kami butuhkan. Bukan pula tingkah laku anarkis kalian yang kami rindukan. Namun kami hanya perlu SUARA MAHASISWA, yang mampu menyuarakan atas apa yang rakyat rasakan, menyampaikan opini atas apa yang rakyat alami, dan tentunya menyelesaikan permasalahan ini dengan pemikiran cerdas tanpa harus menggunakan otot.

Mahasiswa sebagai Iron Stock, adalah kalian para pemuda-pemudi tangguh yang bersiap untuk menggantikan generasi-generasi sebelumnya. Kalian adalah aset bangsa, pemikiran dan keberanian kalian adalah harapan bangsa yang selalu kami nantikan. Di dalam darah kalian mengalir tanggung jawab besar untuk membawa negeri ini jauh lebih baik lagi. Lantas, apa yang terjadi jika kalian hanya bungkam?

Bobroknya Pendidikan
Tentang pendidikan selalu berpijak pada sistem yang ada. Pendidikan negeri ini terjebak pada sistem. Sistem yang (mungkin) dianggap baik oleh pemerintah, (nyatanya) belum tentu baik jika diterapkan. Satu sistem akan merusak sistem yang lainnya. Sebagai contoh: Guru masa kini terjebak oleh sistem sertifikasi yang sejak beberapa tahun belakangan menjadi pokok bahasan yang tak kunjung hentinya dibicarakan publik. Sistem sertifikasi yang digadang-gadang meningkatkan kesejahteraan guru, nyatanya berimbas pada siswa yang ditangani guru tersebut. Kok bisa? Hal ini sangat bisa terjadi. Kini guru hanya berkutat pada administrasi sekolah dan personal. Administrasi sekolah bertujuan untuk meningkatkan akreditasi sekolah, sedangkan administrasi personal bertujuan untuk meningkatkan pendapatan guru (termasuk kenaikan golongan). Fakta yang terjadi di lapangan, guru dibebani dengan segala macam administrasi yang menyita waktunya untuk berinteraksi dengan siswa. Akibatnya, segala bentuk tingkah laku siswa di sekolah kurang diawasi. Maka tidak heran, akhir-akhir ini terjadi kekerasan, pemerkosaan, bahkan perilaku yang tidak pantas dilakukan oleh generasi muda Indonesia. Lantas, salah siapa? Bukan salah guru maupun orangtua. Sekali lagi, kita hanya terjebak sistem.

Kita perhatikan dari sisi mahasiswa, kini mahasiswa juga dibebani oleh kurikulum baru yang sangat menyita waktu mereka. Bahkan kesempatan untuk berorganisasi pun sangat kurang. “Jangankan buat demo, nyempetin waktu buat gabung ke organisasi aja susah”, ucap salah satu mahasiswa. Kini seakan mahasiswa hanya dikejar target lulus tepat waktu, tanpa mengacuhkan apa yang mereka dapat selama ini di bangku kuliah. Terget mereka adalah nilai, padahal ada banyak hal yang harus kalian eksplorasikan. Kegiatan-kegiatan positif di kampus juga seharusnya kalian datangi. Bukan untuk gaya-gayaan biar dianggap aktivis saja, namun hal positif yang kalian dapatkan. Salah satunya adalah mengubah cara berpikir kalian menjadi lebih global.

Ilmu tidak sekedar apa yang kalian dapatkan di dalam kelas/perkuliahan. Namun, ilmu sesungguhnya adalah yang kalian temukan di jalan. Artinya kalian perlu praktek langsung di lapangan. Seberapapun tinggi IPK kalian, tidak berguna ketika kalian hanya diam. Seberapa hebat hingga menjadi mahasiswa terbaik di kampus, tidak berarti ketika kalian berhenti peduli.

Sekali lagi, kami rindu suara kalian wahai mahasiswa. Kami merindukan Mars Mahasiswa yang kalian nyanyikan di sepanjang perjalanan kalian. Kami pun merindukan aksi kalian turun ke jalan menuntut keadilan. Kami tak peduli apa warna jaket almamater kalian, yang kami tahu warna darah kita semua sama. Merah berarti berani. Keberanian menentang kebusukan-kebusukan yang tercium di negeri yang mengatasnamakan DEMOKRASI.
HIDUP MAHASISWA INDONESIA!!!


Disini negri kami
Tempat padi terhampar
Samudranya kaya raya
Tanah kami subur tuan…
Dinegri permai ini
Berjuta Rakyat bersimbah rugah
Anak buruh tak sekolah
Pemuda desa tak kerja…
Mereka dirampas haknya Tergusur dan
lapar bunda relakan darah juang kami
tuk membebaskan rakyat…
Mereka dirampas haknya Tergusur dan
lapar bunda relakan darah juang kami
pada mu kami berjanji… 
(Darah Juang Mahasiswa)

Senin, 25 Juni 2018

25/06/2018

Langit : Hei, aku sudah menunggumu...
Senja  : Aku bahkan selalu menunggu waktuku, tapi taukah kamu apa yang lebih menyakitkan dari menunggu?
Langit : Apa itu?
Senja  : Yang lebih menyakitkan dari menunggu adalah sama-sama saling menunggu tetapi tidak pernah saling tau

Selasa, 29 Mei 2018

Getir Menjadi Tawa Bila Kubersamanya (The Rain)

aku tak pernah lupa
saat kali pertama
berjuang memilih kata
hanya untuk menyapanya

terekam di ingatan
sore yang menyenangkan
mendengar renyah tawanya
menyelami hatinya
 dan tenggelam di sana

untuknya, untuknya aku rela menulis ulang
mimpi-mimpiku
getir menjadi tawa bila kubersamanya

di sana, di sana aku menemukan yang hilang
mungkin hatiku apapun itu
asalkan aku bersamanya...

Sabtu, 26 Mei 2018

SAMA

Aku menuliskan sebuah pesan...
pesan yang selalu sama isinya
tak akan berubah, bahkan titik koma pun sama
tak akan terganti, penggunaan katanya pun persis

Ada yang mengatakan, "bahwa hidup harus selalu berubah"
itu benar, namun yang satu ini rasanya sulit berubah
bahkan tak ada sedikitpun niat untuk mengubahnya
sebab membiarkan isi pesan itu selalu sama
adalah sebuah kebahagiaan tersendiri untukku

Sendiri?
Iya, sendiri. sebab hanya aku sendiri yang merasakan.
Egois ya? Untuk kebahagiaan ini aku egois
sebab aku tak mau membaginya dengan siapapun
kecuali dengannya yang menerima pesan itu

Sebuah pesan yang isinya sama
titik koma yang sama
dan yang paling penting adalah...
penerimanya pun sama.

Rabu, 23 Mei 2018

Sebuah Nama dalam Sebaris Doa

dalam gelap dan diam bibirku selalu mengucapkan sebuah namaatas dasar percaya, aku hadirkan nama itu dalam setiap lantunan doa yang kupanjatkan
doa yang sederhana, namun maknanya sangat terasa
bahkan setiap kali kusebut nama itu...
aliran darahku terasa berhenti, namun jantungku berdetak lebih cepat dari biasanya
di saat aku sebut nama itu...
entah kenapa pikiranku melayang
membayangkan sosoknya ada di depan mata
Sebuah nama...
yang tak tentu aku tau apakah ia mendengarnya....

Minggu, 20 Mei 2018

MERAPI (AKU) TAK PERNAH INGKAR JANJI

Hari ini atau tepatnya pagi tadi
Merapi kembali menggeliat
seakan berteriak agar mereka tau akan kehadirannya
bahwa Merapi selalu "hidup"

Di dalam diamnya Merapi
terdapat tenaga super dahsyat
yang sewaktu-waktu dimuntahkannya
memuntahkan segala isinya

bahwa hal itu wajar,
Merapi hanya "menjalankan" apa yang diperintahkanNya
"Sabda Sang Pandita Ratu", kata orang jaman dulu
bahwa Merapi adalah sebuah kejujuran

Apa yang terjadi adalah apa yang dijanjikannya
dan Merapi tak akan pernah mengingkarinya
dia selalu menepati janjinya
untuk selalu menampakkan keberadaannya
di dalam diamnya

bahwa sejatinya Merapi ada
di dalam hati dan kehidupan mereka yang berkenan mempercayainya
sebab kepercayaan tak bisa dipaksakan
sebagaimana janji yang sejatinya tak akan bisa diingkari

Begitupun AKU...
Aku belajar dari tingkahlaku Merapi
dalam gerak langkah dan diamku
sejatinya aku "hidup"
hanya tinggal menunggu titahNya...

Selasa, 15 Mei 2018

Sebuah Tulisan

Aku kembali lagi menulis
sebab aku punya alasan
aku memiliki bahan untuk kutulis
aku memiliki segudang cerita untuk kutulis
dan yang paling utama...
sebab aku memiliki rasa yang tak mampu kuungkapkan dalam kata
sehingga tulisanlah yang mewakilinya
meskipun semua hal yang tertulis tak bisa mewakili semua yang kurasakan
tapi setidaknya ada tempat untukku bercerita
setidaknya aku menyampaikannya dalam tulisan
yang tak tau kapan ujungnya...

Jumat, 04 Mei 2018

KEMBALI

Menatapmu dalam diam
dalam kata tak terucap,
Menunggumu dalam harap
dalam sunyi dan senyap

Hanya asa yang selalu membawamu dekat
Hanya doa dan pelukan erat,
yang mampu menghadirkamu dalam dekat

Sedekat itu aku mampu merasakanmu...
Sedekat itu pula aku mampu tersenyum karena hadirmu...
Namun berbagai hal yang masih menjadi misteri untukmu,
atas jalan hidup yang akan kutuju...
Tak mengapa berbagai hal kau simpulkan,
Tak mengapa jika pada akhirnya membuatmu
begitu membenci sosok AKU
Meski begitu...
apapun yang kujalani
kembali lagi...
asa itu tetap kembali padamu...

Rabu, 02 Mei 2018

Tiap Senja - Float

Bilakah kau menepi, di labuhku…
Bilakah kau menjauh…
Membentangkan jelas di sana, namun tak teraih…
Kau tak datang umpama…

Biar ia berlabuh, di pantaiku…
Darahku kian menderu…
Sadarikah jelas di sana, apakah karnamu…
Kau tak nyata, pun tak semu….

Tidakkah cinta…
Berkuasa…
Tak mestinya luka manghentikan langkah…
Bila saatnya hadapilah… ah..
Bilakah kau menepi, di labuhku…
Bilakah kau menjauh…
Membentangkan jelas di sana, namun tak teraih…
Kau tak datang pun tak pergi…

Tidakkah bimbang…
Menyiksamu…
Masih banyak pulau yang dapat kau tunggu…
Sejenak saja hampiriku…
Biar ia berlabuh, di pantaiku…
Darahku kian menderu…
Berharapkan kau di sana, hanyalah karnamu…
Tiap senja di labuhku….
Menepilah…
Menepilah…
Menepilah…
Tiap senja…

Minggu, 29 April 2018

Langit senja berpesan:
Berperanlah sebaik-baiknya, sesempurna yang kamu bisa
agar Sang Sutradara bangga atas drama yang sedang Dia garap
agar semesta puas dengan peran yang kau mainkan
Jangan lupa tersenyum hari ini.

Rabu, 25 April 2018

ALASAN

Semua pertanyaan "Mengapa", selalu berpasangan dengan jawaban "Karena"
Mengapa? Karena....
Mengapa? Sebab....
Mengapa? dan alasan seterusnya...
Namun ada satu hal yang tak pernah kutemukan jawabannya...

Aku tau semuanya serba berlandaskan alasan
namun untuk hal yang satu itu, tak pernah beralasan
tak pernah kutemukan alasannya...
Sebab rasa tak butuh alasan, hanya butuh dirasakan...

Senin, 23 April 2018

Senja, Ijinkan Aku Bercerita

Untuk kesekian kalinya dan tak akan pernah bosannya
aku bercerita...
mengenai sebuah rasa yang tak tau asalnya darimana
mengenai sebuah rasa yang akupun tak tau bagaimana awalnya
hingga merekat kuat dalam hati dan pikiranku
Bodoh?
Aku memang bodoh, Senja
Namun jika itu kau anggap bodoh, biarkan aku terlarut dalam kebodohan ini
Aneh?
Memang kesannya aneh untukmu, namun beginilah caraku
Sebuah cara yang menurutmu BODOH dan ANEH
Tapi... kau pun tau alasannya...
Tidak bisa kau terima?
Sama.
Namun aku bisa apa atas ini semua?
Sedangkan Senja tetap memandang nanar dari kejauhan sana
Seakan mengatakan "Akan ada pagi setelah ini, dan aku hadir kembali"

Temaramnya matahari di ufuk barat
Seakan menenggelamkan sebuah asa yang tak kunjung ada jawabnya
Namun...
Akan ada pagi menjelang, pertanda mengawali senja berikutnya...
Senja...
Ijinkan aku senantiasa bercengkrama dan menceritakan semuanya...
Meski aku tak tau, di ujung sana terdengar atau tidak
tetapi setidaknya aku ungkapkan semuanya
Lewat tenggelamnya senja, beserta rasa yang semakin tenggelam ke dalam sukma
merasuk ke jiwa...
beserta nyanyiannya...

Kamis, 12 April 2018

Attempted Suicide

Kubundarkan purnama hanya untukmu 
Kuheningkan desau angin gunung-gunung 
E ya e yo Sunyi sempurna 
E ya e yo Menanti cintamu 
Burung pungguk 
Merindukan Sang Rembulan 
Bujuk rayu sangkanya tangga ke bulan 
Dia sangka tangganya menjangkau 
Dia sangka tangannya kan menggapai 
Dua belas tahun Sinta 
Kunanti lirih cintamu 
Dua belas jangka singkat 
Bandingan jangka tanpamu 
Kau bergeming tak beranjak 
Seangkuh pohon Asoka 
Dulu sanggup kau bertapa 
Lima puluh ribu tahun 
Sampai lima puluh ribu tahun pun 
Cintamu tetap aku tunggu 
Kau tunggu 
Sampai gunung laut babak belur 
Pun aku akan tetap tunggu 
Kau tunggu 
Sampai gempor bulan langit bintang-bintang 
Pun aku akan tunggu 
 Ka tunggu Sinta dengar sampai kau mati, 
hidup lagi Mati hidup, hidup lagi 
Rahwana Dewi Sinta, 
mirah ingsun Embun titik-titik embun 
Tetes-tetes di Taman Soka 
Kembang bakung fajar waktuku 
Waktu hidup alam fana 
Detak debar degub desir rasaku Dewi Sinta, 
mirah ingsun 
Tahan kalau memang 
Cinta Sinta kuterlarang 
Kenapakah kau bangun megah 
Rasa ini dalam di relung sukmaku 
Tuhan Aku bukan burung pungguk 
Kalau bukan burung pungguk 
Burungmu burung apakah
Burung emprit burung gantil 
Burung burung sebangsa
Lebih sakit masih hidup padahal dah mati 
Aji Pancasona-ku ternyata mengekalkan hidupku 
Tanpa cinta sang Dewi Sinta 
Hmmm 
Hidup lebih mati tanpa cinta



(Sujiwo Tejo, Rahvayana)

Selasa, 10 April 2018

SECANGKIR KOPI DI PAGI ITU

Hampir setiap kali kucium aroma kopi,
pikiran selalu membawaku kesana
alam sadarku seraya mengajakku
untuk selalu bercengkrama dengan masa itu
sebuah masa dimana kopi bukanlah hal yang pahit untuk dinikmati
namun kopi menjadi sebuah hal yang harum dan menyejukkan

Aroma kopi...
aku memang tak mahir membedakan berbagai jenis kopi
bahkan menurutku semua rasanya sama, PAHIT
namun kopi yang diseduh pada masa itu terasa berbeda
rasanya MANIS...
MANISSSS sekali...
jauh lebih manis dari gula-gula...

Mengenai kopi...
di setiap kesempatan, entah kenapa aku menyukai frappucino
aku menyukai sensasi krim yang bercampur dengan kopi
terasa nikmat dan menenangkan...
Selain itu, aku menyukai latte...
bukan karena rasanya, namun seni gambar yang ada diatasnya...

Namun...
dari beberapa jenis kopi yang entah aku tak tau cara membedakannya
aku menyukai kopi hitam
secangkir kopi hitam yang begitu kental dengan rasa pahitnya
secangkir kopi hitam yang seraya mengajarkanku...
bahwa di dalam hidup tidak hanya mengharapkan manis saja, namun juga pahit
meski demikian... tetap harus bisa menikmatinya...
bukankah kopi terkenal dengan rasa pahitnya?
HAHAHA... tertawa seperti ini adalah caraku menikmati kopi yang rasanya pahit.

"Cinta dalam diam layaknya kopi hangat yang kau seduh saat menyambut ufuk ataupun melepas senja. Di sana, akan kau temukan betapa pahit dan pekat rasa seduhannya. Semua terasa sulit kita raba, senada dengan cinta dalam diam yang begitu tertatih untuk kita jaga dan juga kita tumbuhkan benih harapannya pada tiap letupan. Namun seperti halnya secangkir kopi hangat, maka meski dalam pahit dan pekat kau terus mencoba merasakan dan mempertahankan cintamu, di sana akan kau temukan sepercik rasa manis dan juga aliran hangat yang akan menenangkanmu dan membuatmu tersenyum saat kau menggoreskan penamu untuk menulis tentang seseorang yang kau cintai"
(adapted: Filosofi Kopi Hitam)

Minggu, 08 April 2018

SENANDUNG HUJAN

Hujan bersenandung kemarin sore,
meskipun keadaannya berubah namun rasanya selalu sama
ada makna di balik datangnya hujan.
Entah itu nyata ataukah hanyalah sebuah prasangka...

Cukup ku senyumi saja,
semoga itu benar-benar nyata adanya
Andai setiap rintik hujan dapat membawakan pesan,
maka beribu-ribu pesan kutitipkan padanya.

Hanya kepada hujan aku dapat menitipkannya...
seutas pesan tanpa tanda,
sebait puisi tanpa suara,
sederet kata tanpa bersua.

Hujan selalu bersenandung
di sudut mata seorang perempuan
yang hanya mampu menatap hujan
kemudian menikmatinya sendirian....

Bersamaan dengan itu,
lagu Demis Roussos pun diputar...


Rain and tears are the same
but in the sun you've got to play the game
when you cry in winter time
you can pretend
it's nothing but the rain....


Hebatnya hujan adalah...
dia mampu menyamarkan tangis
setiap harinya...

Kamis, 15 Maret 2018

BERLAYAR

Hai perahu...
lama tak bersua denganmu semenjak aku memutuskan untuk terjun ke lautan lepas.
aku masih terombang-ambing di lautan lepas.
tapi tak mengapa,
sebab telah kulihat kapalmu masih terus berlayar menuju tujuannya.
Apa kabarmu perahu?
Berikan aku tanda bahwa kamu selalu baik-baik saja.
karena sejatinya hanya itu yang dapat kulakukan.
hanya itu yang mampu kulakukan.
sebab ternyata bertahan di lautan lepas tidaklah mudah.
aku harus mampu berteman dengan ombak dan dinginnya air yang menyelimuti tubuhku setiap waktu.
Tapi tak apa.
kamu selalu tahu dalam kondisi seperti apapun, aku tetap akan mampu tersenyum.
harapku pun sama untukmu.
harapku, semoga ombak senantiasa menjagamu dari karam.
semoga langit menemanimu dalam panas, terik, dan hujan.
dan semoga senja mewarnai soremu hingga malam menjelang...



Tetaplah berlayar menuju tujuan yang seharusnya kau tuju.
Tetap arahkan perahumu kesana. Dan biarkan aku mengawasi dan memastikan bahwa semuanya baik-baik saja.

Rabu, 14 Maret 2018

Ku Benci Sendiri

Ajarkan aku tuk bisa dapat ungkapkan rasa
Agar kamu kan percaya begitu ku butuh cinta
Ajarkan aku tuk bisa dapat merangkai kata
Agar kamu kan dengarkan bibirku katakan cinta sekarang
 
Aku takut kamu tak mengerti caraku sampaikan rasa ini
Kamu tak mengerti....

Kamis, 08 Maret 2018

Ombak, Karang dan Senja

Kamu pernah perhatikan lautan lepas?
seakan airnya tenang tak ada ombak sebagaimana yang kau temui di pantai,
namun sejatinya airnya berombak.
hanya saja ombak sengaja tak menampakkannya.
hanya saja ombak tak ingin kamu tidak menikmati keindahan lautnya.
hanya saja ombak tak ingin kamu terguling dan terseret karenanya.
hanya saja ombak hanya ingin memastikanmu baik-baik saja.


Kamu pernah perhatian batuan karang di lautan?
terlihat menyakitkan ketika kakimu menyentuhnya?
sakit sekali. aku tau.
namun sejatinya dia memberimu sinyal waspada agar kamu tidak berenang terlalu jauh di dasar lautan sana.
hanya saja karang hanya ingin menjagamu dengan caranya.
hanya saja karang hanya ingin kamu tetap berada di atas.
hanya saja karang hanya tak mau kamu tenggelam di dasar lautan yang gelap di bawah sana.


atau...
Kamu pernah perhatikan senja di sore harinya?
terlihat sendu dan syahdu, bukan?
namun sejatinya ada baitan doa yang menyertai untuk seseorang yang menikmati keindahannya...
hanya saja senja tak ingin orang lain harus mengerti itu.
hanya saja senja hanya ingin memberikan apa yang bisa ia berikan dipenghujung setiap harinya.



(Maret 9th, 2018)

Selasa, 20 Februari 2018

Kepada Hujan yang Membawamu Pergi

Hai hujan...
derasmu sore itu kembali membawaku tentangnya
tak hanya deras, bahkan angin pun menyertai hujan kala itu
deras dan kencang.
tak kuasa untuk menerjangnya
bahkan untuk sekedar keluar untuk memandangnya pun aku tak sanggup


Hai hujan...
tetesan air sore itu seakan menyiratkan apa tengah kurasa
apalah daya pelupuk mata tak kuasa menahannya
Dingin...sepi... entah kenapa


Hujan sore itu...
seakan membawanya pergi
semakin jauh, semakin jauh, semakin jauh


Tapi Hujan...
bolehkah kupinta satu hal?
Kau boleh membawanya pergi, namun jangan biarkan mendung menyertainya
Sambutlah dia dengan hari yang lebih cerah
Pun ketika rintik hujan turun membasahi bumi
Ijinkan dia tetap menikmati
Ijinkan dia tetap bahagia


Sebab...
entah itu dimengerti atau tidak...
setiap hari aku bercengkrama dengannya
berbicara tanpa kata melalui mata...

Rabu, 31 Januari 2018

DIAM (dalam) DIAM

Diam...
Tanpa sepatah katapun terucap.
Tanpa ada suara yang kudengar.

Sekali lagi aku mengerti arti DIAM
Sekali lagi aku memahami arti DIAM
Meski terkadang ada yang membisikiku sesuatu "Kamu hanya kegedean rasa" atau "Kamu hanya terlalu PEDE dengan pemahamanmu"
Tetapi hati selalu menepis semua bisikan itu

Sekali lagi aku hanya ingin dengar.
Sekali saja.
Tidak hanya diam.
Tetapi kapan? 
Sedangkan waktu terus berjalan. 
Dan aku tak tau sampai kapan.

Selasa, 23 Januari 2018

Terimakasih untuk tetap Mengingatnya

Terimakasih hari ini karena kau telah mengingatnya...
Mengingat hal paling berkesan dalam hidupku, yang entah suatu saat nanti akan kujumpai kembali atau tidak.
Entah ini masalah rasaku yang terlalu berlebihan atau harapku yang masih melambung tinggi
Namun...
Hari ini aku sangat berterimakasih karena kamu kembali mengingatnya
Menghadirkan kembali hal itu ke dunia nyataku
Dunia nyata namun tetap menjadi khayalan tinggi untukku


Terimakasih untuk waktu yang kau sempatkan...
Meskipun diam, tapi aku paham
Meskipun getir, tapi kau selalu hadir
Sebagaimana tak ada raga, tapi aku selalu merasa ada...


Terimakasih...
Sekali lagi terimakasih...
Sangat berterimakasih...

Senin, 22 Januari 2018

Sepotong Hujan Sore Itu

Sore itu aku berharap waktu berhenti disitu saja.
aku berharap dunia berhenti saat itu juga.
ketika gerimis kecil menyapu kota Jogja dengan syahdunya.
Gerimis yang membawa kesegaran sekaligus berbagai kenangan.

Sore itu ketika tanah kota Jogja mulai basah,
senyumku kembali merekah,
senyum yang indah,
tanpa sedikitpun kata yang kulontarkan namun kamu paham artinya.
Bahkan mungkin tanpa tersenyum pun, kamu memahaminya.
Ah...sesederhana itu.

Sederhana sekali. Sangat sederhana.
Nyaris tak ada mewah-mewahnya sama sekali.
Tetapi entah kenapa bagiku selalu istimewa.

Sepotong hujan yang mengguyur kota Jogja sore itu seakan mengisyaratkan berbagai rasa
Banyak sekali rasa. Tapi terangkum dalam satu makna yang hanya aku yang memahaminya.
Mungkin aku terkesan egois untuk mengatakan bahwa hanya aku yang memahaminya
tetapi...
kalau kamu ingin tau, tengoklah sepotong hujan sore itu.

Semoga pesan yang disampaikannya selalu dapat kau pahami.

Rabu, 17 Januari 2018

PERAMU ASA

Asa dibangun dari sebuah kemauan.
Asa dibangun dari sebuah keyakinan.
Asa dibangun dari sebuah kesempatan.

Aku bersama kemauan dan keyakinanku berdiri tegak membangun sebuah ASA.
Tapi kesempatan? Sayangnya kesempatan belum berpihak padaku dan asaku.
Kesempatan itu sayangnya belum muncul di hadapanku.
Tapi bolehkah terus kubangun asa itu? Sembari menunggu kesempatan itu hadir?

Sering aku menyalahkan waktu. Kenapa kesempatan tidak berpihak dengan asa yang kubangun itu? Kenapa kesempatan hanya hadir untuk asa-asa yang lainnya? 


ASA....
hanya bisa meramumu kemudian kunikmati sendiri...

Selasa, 16 Januari 2018

PERAHU

Perahu itu sederhana.
Rakitan perahu itupun hanya dari kayu-kayu tua, namun tetap kokoh menopang beban di atasnya.
Dayungnya pun dari potongan ranting kecil, namun tetap kuat menerjang arusnya.
Tapi entah kenapa menemukan kenyamanan di dalamnya. Aku bahagia berada di sana. Kebahagiaan yang sebenarnya adalah ketika Aku tetap menjadi AKU....ya, aku tetap menjadi DIRIKU.


Aku memilihmu sebagai perahu, sebab denganmu aku merasakan kenyamanan dan ketenangan.
Aku memilihmu sebagai perahu, sebab denganmu aku merasakan ketulusan dari setiap sikap yang kamu berikan.
Aku memilihmu sebagai perahu, sebab denganmu aku yakin akan tujuan yang akan dirajut bersama.
Aku memilihmu sebagai perahu, sebab denganmu aku dapat merasakan makna dari setiap senja yang tampak dari ujung barat sana.

Namun kenyataannya...
Perahumu tak kuat untuk menampungku.
Badai besar di lautan lepas seakan tak mengijinkanku untuk terus berada dalam perahumu.
Ombak besar seakan mengisyaratkanku untuk terjun dari situ... perahumu.


Perahu yang harus kutinggalkan, bukan berarti aku tak mau ataupun tak ingin.
Aku hanya ingin perahu tetap berlayar.
Aku hanya ingin perahu selamat sampai tujuannya.
Aku hanya ingin perahu stabil di atas goncangan ombak yang tidak dapat diprediksi ketinggiannya.


Ijinkan aku untuk pergi dari perahu...
bukan berarti aku benci.
aku memilih pergi, karena aku tahu kebahagiaan dariku ternyata tak mampu membuat perahumu tetap berlayar dengan tenang.
aku menghindar karena semakin aku mendekat, justru membuat kapalmu karam di lautan lepas.


Aku tau, aku tak pandai berenang.
Pun ketika aku memilih terjun ke lautan lepas, suatu saat keterampilan berenangku akan terasah dengan sendirinya.


Hai perahu sederhana...
Anganku tentang perahu akan selalu sama.
Rasaku tentang perahu itu juga akan selalu sama.
Meski aku memilih untuk berlayar sendiri, tetapi dari jauh akan selalu kupastikan perahu itu selalu kuat berlayar sampai tujuannya.
Entah bagaimana akhirnya, semoga perahu dan aku dapat berlabuh ditempat yang sama.