Rabu, 26 Desember 2018

Eccedentesiast

Manusia yang hidup dalam topengnya seolah isi hatinya dipermainkan oleh ulasan senyum di wajahnya. Begitu banyak hal yang ada di dalam hatinya, namun tidak semua hal tersebut harus diumbar ataupun harus diperlihatkan. Senyum yang merekah indah di bibirnya, bukan berarti kebahagiaan menyelimuti hatinya. Namun dunia menginginkannya. Dunia menginginkan senyum indahnya. Dunia tak peduli betapa perih hatinya, betapa pedih perasaannya.

Manusia yang hidup dalam topengnya memang merasakan apa itu "bahagia", meski kebahagiaan dalam arti sesungguhnya hanya cukup ia simpan dalam hatinya. Pikirannya tak pernah lepas dari bagaimana cara membahagiakan hatinya dan bagaimana agar dunia mengetahui apa yang ia inginkan. Namun lagi-lagi senyum menutupinya. Menutupi kegundahannya dalam garis bibirnya menyungging ke atas.

Manusia.
Makhluk lemah yang pandai memainkan peran.
Makhluk yang pandai menutupi isi hatinya.
Betapapun ia pandai berbahagia dan bersuka cita, toh nyatanya tak kuasa ia menahan bulir hujan yang menetes di pelupuk matanya.
Hujan sesaat di malam yang pekat.
Seakan tenggorokan tercekat.
Menahannya untuk berteriak.
Jangankan berteriak, berucap pun ia tak akan sanggup.
Berat.

Minggu, 16 Desember 2018

SORE

Sore itu...
sekitar jam 3 sore,
selepas adzan ashar,
terdengar suara dari bilik jendela tempat biasa kuhabiskan lima hariku dalam seminggu...
kusibak gorden jendela lantas kulihat air berhamburan turun dari langit Jogja yang tak secerah kemarin,
mataku terpaku,
pandanganku menatap hujan sore itu,
Ahhh... sore ini hujan
mungkin nanti tak kulihat lagi senja di sisi barat sana
bagaimana mungkin kulihat senja,
langitpun menggelap menutupi langit sore yang biasanya kulihat...


Sore itu...
sembari menatap hujan,
kuabaikan apa yang ada didepanku,
lebih indah dan syahdu ketika aku menikmati rintik hujan yang tak terasa semakin lama semakin deras,
pernah sekali kudengar cerita atau mungkin kubaca cerita,
entahlah...
tapi intinya tentang hujan...
hujan adalah saat ketika malaikat-malaikat dikirimkan Tuhan ke dunia untuk mendengar doa setiap hambaNya,
seketika sore itu aku takjub membayangkan setiap air yang jatuh adalah malaikatNya,
seketika sore itu aku berdoa...
diam dengan mata terpejam sejenak,
lalu kuakhiri dengan gumam di bibirku mengatakan "aamiin"


Terlalu sederhana yang kulakukan,
bahkan usaha yang kulakukan hanya sebatas itu,
sebab mengubah apa yang terjadi pun adalah hal paling tidak mungkin terjadi,
mengubah sore dengan langit hitam yang menakutkan
menjadi sore dengan langit senja yang selalu menyenangkan


Senja adalah cara sore mengungkapkan cintanya kepada langit,
sebagaimana hujan adalah cara langit mengungkapkan cintanya kepada bumi,
lantas AKU?