Kamis, 18 Juli 2019

:)

Langkah kaki menuntunnya untuk terus memandang nanar ke arah barat sembari mengulaskan senyum di wajah sendu itu. 
Sore yang terasa menyenangkan baginya, meski tak sehangat dahulu lagi.
Adalah sore yang selalu dihiasi warna jingga dengan cahaya berkilaunya.
Adalah sore yang selalu membuatnya takjub atas skenario-Nya yang selalu tidak terduga.
dan...
Adalah senja yang selalu bersama sore menuju keperaduannya.
Kakinya kini terhenti di suatu titik dimana senja dapat terlihat dengan jelasnya.
Matanya terpaku. Bibirnya kaku. Wajahnya pilu.
Ada rahasia yang ia simpan sendiri.
Sendiri saja. 
Sebab dunia dan isinya tentu tak akan mau tahu tentang rahasia itu.
Begitupun jiwanya. Kosong. Hampa. Tanpa isi.
Kini ia mulai melangkah pergi.
Ia langkahkan kakinya mengikuti alunan senja yang perlahan warnanya menghitam.
Kelam. Malam.
Langkahnya tiba-tiba terhenti kemudian menoleh ke arah yang sama sekali lagi.
HITAM.
Perlahan ia ulaskan senyum di wajahnya.
Kini senja didekap malam. Hangat senja akan tergantikan oleh dinginnya malam.
Ia teruskan langkahnya seraya menunggu episode (Tuhan) selanjutnya...

Minggu, 06 Januari 2019

"Haruskah kulukai jemari ini agar aku berhenti menulis tentang(mu)?"

(Anonymous)

Semenjak aku mengenal apa itu "hobi" di setiap biodata yang kuisi, selalu kutuliskan "menulis". Meskipun saat itu yang kutahu adalah sekedar menulis diary setiap malam sebelum tidur dan itu rutin. Mungkin jika dikumpulkan sudah puluhan buku diary dengan berbagai macam motif telah kumiliki. Isi tulisannya pun standar, tidak ada yang spesial. Hanya keseharianku dengan beragam kekonyolan yang kualami hari itu. Terkadang sering kuselipkan gambar tak berfaedah di antara paragraf-paragraf tersebut. Pikirku "kelak (diary) ini akan menjadi buku yang tidak membosankan". Impian konyol kala itu. Siapa juga yang mau dan sudi membaca diary anak bau kencur basi macam aku ini. 

Namun hobi "menulis"ku kembali bangkit, ketika tulisan opiniku terpampang di surat kabar. Ada kebanggaan melihat tulisanku sendiri ada di surat kabar lokal disitu (diselipi tertawa geli setengah kurang percaya). Semangat menulisku berkobar... hingga ada disuatu titik dimana aku merasa bosan. Ya... aku ingin istirahat. Sebab ide yang ingin kutuangkan seakan menguap begitu saja. Aku buntu.

Hingga aku kembali menemukan lagi inspirasi itu. Selalu ada inspirasi untuk menuliskan kalimat-kalimat sederhana namun entah kenapa ada yang berbeda ketika aku kembali membacanya. Kubaca berulang, aku juga tak pernah merasa bosan. Aku ada di titik dimana aku selalu menikmati "hobi menulisku". Aku menemukan titik itu. Dan aku tak ingin enyah dari titik kenikmatan menulis itu. Menuliskan hal sederhana namun selalu istimewa. 

Mungkin bagimu ini sekedar "hobi", tapi buatku ini "inspirasi"....

Rabu, 26 Desember 2018

Eccedentesiast

Manusia yang hidup dalam topengnya seolah isi hatinya dipermainkan oleh ulasan senyum di wajahnya. Begitu banyak hal yang ada di dalam hatinya, namun tidak semua hal tersebut harus diumbar ataupun harus diperlihatkan. Senyum yang merekah indah di bibirnya, bukan berarti kebahagiaan menyelimuti hatinya. Namun dunia menginginkannya. Dunia menginginkan senyum indahnya. Dunia tak peduli betapa perih hatinya, betapa pedih perasaannya.

Manusia yang hidup dalam topengnya memang merasakan apa itu "bahagia", meski kebahagiaan dalam arti sesungguhnya hanya cukup ia simpan dalam hatinya. Pikirannya tak pernah lepas dari bagaimana cara membahagiakan hatinya dan bagaimana agar dunia mengetahui apa yang ia inginkan. Namun lagi-lagi senyum menutupinya. Menutupi kegundahannya dalam garis bibirnya menyungging ke atas.

Manusia.
Makhluk lemah yang pandai memainkan peran.
Makhluk yang pandai menutupi isi hatinya.
Betapapun ia pandai berbahagia dan bersuka cita, toh nyatanya tak kuasa ia menahan bulir hujan yang menetes di pelupuk matanya.
Hujan sesaat di malam yang pekat.
Seakan tenggorokan tercekat.
Menahannya untuk berteriak.
Jangankan berteriak, berucap pun ia tak akan sanggup.
Berat.

Minggu, 16 Desember 2018

SORE

Sore itu...
sekitar jam 3 sore,
selepas adzan ashar,
terdengar suara dari bilik jendela tempat biasa kuhabiskan lima hariku dalam seminggu...
kusibak gorden jendela lantas kulihat air berhamburan turun dari langit Jogja yang tak secerah kemarin,
mataku terpaku,
pandanganku menatap hujan sore itu,
Ahhh... sore ini hujan
mungkin nanti tak kulihat lagi senja di sisi barat sana
bagaimana mungkin kulihat senja,
langitpun menggelap menutupi langit sore yang biasanya kulihat...


Sore itu...
sembari menatap hujan,
kuabaikan apa yang ada didepanku,
lebih indah dan syahdu ketika aku menikmati rintik hujan yang tak terasa semakin lama semakin deras,
pernah sekali kudengar cerita atau mungkin kubaca cerita,
entahlah...
tapi intinya tentang hujan...
hujan adalah saat ketika malaikat-malaikat dikirimkan Tuhan ke dunia untuk mendengar doa setiap hambaNya,
seketika sore itu aku takjub membayangkan setiap air yang jatuh adalah malaikatNya,
seketika sore itu aku berdoa...
diam dengan mata terpejam sejenak,
lalu kuakhiri dengan gumam di bibirku mengatakan "aamiin"


Terlalu sederhana yang kulakukan,
bahkan usaha yang kulakukan hanya sebatas itu,
sebab mengubah apa yang terjadi pun adalah hal paling tidak mungkin terjadi,
mengubah sore dengan langit hitam yang menakutkan
menjadi sore dengan langit senja yang selalu menyenangkan


Senja adalah cara sore mengungkapkan cintanya kepada langit,
sebagaimana hujan adalah cara langit mengungkapkan cintanya kepada bumi,
lantas AKU?

Kamis, 23 Agustus 2018

#SecangkirKopi

Aku memang bukan penyuka kopi
namun yang kutahu, aroma kopi selalu menyenangkan
Aku juga bukan penikmat ulung dari berbagai jenis kopi di dunia ini
namun yang kurasa, kopi selalu berhasil menenangkan

Dari secangkir kopi yang ku seruput pagi ini
Entah kenapa secangkir kopi selalu terasa berbeda
Iya, berbeda dari biasanya
Biasanya aku menikmatinya di sisi jendela
Sambil menikmati pemandangan di luar sana

Pemandangan yang selalu nampak indah
dan tak henti-hentinya ku berpaling darinya

Dari sisi jendela
aku menikmati arti menyimpan
menikmati sendirian
kemudian,
tibalah kenyataan

Mengenai secangkir kopi...
lagi lagi dan seterusnya tentang secangkir kopi
dengan aroma yang khas

Iya...
aroma secangkir kopi...
yang selalu menyenangkan untuk dinikmati....

Kamis, 12 Juli 2018

FENOMENA (SUSU) KENTAL MANIS

Dalam kurun waktu dua pekan ini, Indonesia dihebohkan dengan pemberitaan mengenai susu kental manis yang ternyata tidak ada kandungan susunya. Padahal susu kental manis telah beredar lama di Indonesia, namun mengapa pemberitaan ini baru heboh sekarang? Hampir sebagian besar masyarakat menyalahkan pemerintah atas kelalaiannya mengenai produk yang cukup terkenal ini. Akan tetapi sedikit dari mereka yang nyatanya tidak koreksi diri sendiri terlebih dahulu.

Kita sebagai konsumen, hendaknya juga lebih teliti dalam memilih suatu produk. Jangan sepenuhnya menyerahkan kepercayaan kita kepada Badan Pengawasan Obat dan Makanan. Kita sebagai konsumen juga berperan dalam hal memilah dan memilih produk yang dirasa baik atau buruk untuk digunakan. Sederhananya seperti ini, banyak sekali konsumen yang memilih suatu produk karena "brand" atau mereknya saja. Tanpa mempedulikan bagaimana komposisinya atau bahkan tanggal kadaluarsanya. Padahal kedua hal tersebut sangat vital sekali dalam pemilihan suatu produk, terutama makanan. 

Sering juga khalayak dihebohkan dengan makanan import yang mengandung babi. Nah, disini perlu ketelitian konsumen untuk memahami produk-produk import. Kalau memang ragu, ada baiknya tidak usah dibeli. Terkadang konsumen membeli hanya karena gengsi karena si A pernah mengonsumsi produk tersebut, kemudian tertarik untuk ikut membeli. Hello... be smart, people! Jangan hanya mengedepankan gengsi hingga mengesampingkan kesehatan diri sendiri.

Kembali lagi ke susu kental manis yang tidak ada kandungan susunya. Banyak sekali kaum ibu-ibu alias emak-emak menyayangkan adanya fakta tersebut. Mereka merasa tertipu dengan produk yang selama ini mereka konsumsi ternyata hanya mengandung gula saja. Banyak dari kaum ibu-ibu berdalih, bahwa anaknya sering dibuatkan susu tersebut. Kemudian rasa takut menyelimuti hati kaum ibu-ibu tersebut. Hal ini wajar, sebab seorang ibu pasti menginginkan hal terbaik untuk buah hati mereka.

Namun, jika kita berbicara fakta. Banyak sekali ibu-ibu yang justru menambahkan gula saat membuatkan susu untuk anak-anak mereka -dalam hal ini adalah susu bubuk. Bukankah ini juga berpengaruh pada kesehatan anak mereka juga? Coba cek kembali kebutuhan gula pada anak di bawah usia 5 tahun! Kemudian, berapa kali dalam sehari mereka membuatkan susu untuk anak-anak mereka? Apakah sudah seimbang? Atau bahkan berlebihan?

Hal inilah yang seharusnya digarisbawahi, terutama bagi ibu/calon ibu. Hal sepele yang banyak diabaikan, pengaruhnya sangat besar bagi kesehatan buah hati mereka. Selain itu juga secara umum adalah untuk para konsumen, coba cek kembali produk-produk yang sering kalian gunakan! Adakah yang janggal atau mungkin tidak sesuai?

Jangan melulu menyalahkan si Susu Kental Manis yang tidak ada kandungan susunya. Toh juga dari dulu nasi kucing tidak pernah kita temukan ada kucingnya (hehe...)

Kamis, 05 Juli 2018

TERBUNGKAMNYA SUARA MAHASISWA

Sumpah Mahasiswa Indonesia:
Kami mahasiswa Indonesia bersumpah,
bertanah air satu, tanah air TANPA PENINDASAN.
Kami mahasiswa Indonesia bersumpah,
berbangsa satu, bangsa yang gandrung akan KEADILAN.
Kami mahasiswa Indonesia bersumpah,
berbahasa satu, bahasa TANPA KEBOHONGAN.


Kemanakah Mahasiswa?
Sebait sumpah mahasiswa yang kerap kita dengar saat orasi mahasiswa yang menuntut keadilan negeri, terakhir kali kudengar beberapa tahun yang lalu. Lantas, kemanakah mahasiswa Indonesia saat ini? Sedangkan kami rakyat Indonesia membutuhkan kalian untuk menyuarakan keadilan yang sudah lama tidak kami dapati. Para mahasiswa Indonesia yang bangga dengan jaket almamaternya, kemanakah kalian disaat tangisan mulai terjadi di seluruh pelosok negeri. Kemanakah para agen perubahan itu sekarang? Adakah suara kalian dibungkam?

Sebagai The Agent of Change, kalian seharusnya bertindak sebagai seorang yang kritis pada fenomena negeri yang semakin lama semakin menyayat hati ibu pertiwi. Kalian seharusnya gerah dan cemas atas perubahan yang nyatanya meruskan jati diri bangsa ini. Telah banyak pembodohan dan ketidakadilan yang terjadi di negeri ini. Itulah mengapa, kalian seharusnya memiliki opini untuk mengembalikan dan mengubah semua ini.

Peran mahasiswa sebagai Social Control terjadi ketika kalian menemui suatru hal yang ganjil. Kalian seharusnya memberontak terhadap kelaziman atas birokrasi yang semakin bobrok. Kalian seharusnya memulai menyadari bahwa apa yang terjadi di negeri ini sudah saatnya diperbaiki, bukan hanya sekedar diamati. Bukan hanya turun ke jalan atau sekedar berteriak-teriak di jalan-jalan protokol saja yang kami butuhkan. Bukan pula tingkah laku anarkis kalian yang kami rindukan. Namun kami hanya perlu SUARA MAHASISWA, yang mampu menyuarakan atas apa yang rakyat rasakan, menyampaikan opini atas apa yang rakyat alami, dan tentunya menyelesaikan permasalahan ini dengan pemikiran cerdas tanpa harus menggunakan otot.

Mahasiswa sebagai Iron Stock, adalah kalian para pemuda-pemudi tangguh yang bersiap untuk menggantikan generasi-generasi sebelumnya. Kalian adalah aset bangsa, pemikiran dan keberanian kalian adalah harapan bangsa yang selalu kami nantikan. Di dalam darah kalian mengalir tanggung jawab besar untuk membawa negeri ini jauh lebih baik lagi. Lantas, apa yang terjadi jika kalian hanya bungkam?

Bobroknya Pendidikan
Tentang pendidikan selalu berpijak pada sistem yang ada. Pendidikan negeri ini terjebak pada sistem. Sistem yang (mungkin) dianggap baik oleh pemerintah, (nyatanya) belum tentu baik jika diterapkan. Satu sistem akan merusak sistem yang lainnya. Sebagai contoh: Guru masa kini terjebak oleh sistem sertifikasi yang sejak beberapa tahun belakangan menjadi pokok bahasan yang tak kunjung hentinya dibicarakan publik. Sistem sertifikasi yang digadang-gadang meningkatkan kesejahteraan guru, nyatanya berimbas pada siswa yang ditangani guru tersebut. Kok bisa? Hal ini sangat bisa terjadi. Kini guru hanya berkutat pada administrasi sekolah dan personal. Administrasi sekolah bertujuan untuk meningkatkan akreditasi sekolah, sedangkan administrasi personal bertujuan untuk meningkatkan pendapatan guru (termasuk kenaikan golongan). Fakta yang terjadi di lapangan, guru dibebani dengan segala macam administrasi yang menyita waktunya untuk berinteraksi dengan siswa. Akibatnya, segala bentuk tingkah laku siswa di sekolah kurang diawasi. Maka tidak heran, akhir-akhir ini terjadi kekerasan, pemerkosaan, bahkan perilaku yang tidak pantas dilakukan oleh generasi muda Indonesia. Lantas, salah siapa? Bukan salah guru maupun orangtua. Sekali lagi, kita hanya terjebak sistem.

Kita perhatikan dari sisi mahasiswa, kini mahasiswa juga dibebani oleh kurikulum baru yang sangat menyita waktu mereka. Bahkan kesempatan untuk berorganisasi pun sangat kurang. “Jangankan buat demo, nyempetin waktu buat gabung ke organisasi aja susah”, ucap salah satu mahasiswa. Kini seakan mahasiswa hanya dikejar target lulus tepat waktu, tanpa mengacuhkan apa yang mereka dapat selama ini di bangku kuliah. Terget mereka adalah nilai, padahal ada banyak hal yang harus kalian eksplorasikan. Kegiatan-kegiatan positif di kampus juga seharusnya kalian datangi. Bukan untuk gaya-gayaan biar dianggap aktivis saja, namun hal positif yang kalian dapatkan. Salah satunya adalah mengubah cara berpikir kalian menjadi lebih global.

Ilmu tidak sekedar apa yang kalian dapatkan di dalam kelas/perkuliahan. Namun, ilmu sesungguhnya adalah yang kalian temukan di jalan. Artinya kalian perlu praktek langsung di lapangan. Seberapapun tinggi IPK kalian, tidak berguna ketika kalian hanya diam. Seberapa hebat hingga menjadi mahasiswa terbaik di kampus, tidak berarti ketika kalian berhenti peduli.

Sekali lagi, kami rindu suara kalian wahai mahasiswa. Kami merindukan Mars Mahasiswa yang kalian nyanyikan di sepanjang perjalanan kalian. Kami pun merindukan aksi kalian turun ke jalan menuntut keadilan. Kami tak peduli apa warna jaket almamater kalian, yang kami tahu warna darah kita semua sama. Merah berarti berani. Keberanian menentang kebusukan-kebusukan yang tercium di negeri yang mengatasnamakan DEMOKRASI.
HIDUP MAHASISWA INDONESIA!!!


Disini negri kami
Tempat padi terhampar
Samudranya kaya raya
Tanah kami subur tuan…
Dinegri permai ini
Berjuta Rakyat bersimbah rugah
Anak buruh tak sekolah
Pemuda desa tak kerja…
Mereka dirampas haknya Tergusur dan
lapar bunda relakan darah juang kami
tuk membebaskan rakyat…
Mereka dirampas haknya Tergusur dan
lapar bunda relakan darah juang kami
pada mu kami berjanji… 
(Darah Juang Mahasiswa)